Monday, March 10, 2014


SEJARAH MIKROSKOP


Mikroskop merupakan  suatu  alat bantu yang memungkinkan kita  untuk dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil.  Alat ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (berasal dari bahasa Yunani,  micros berarti kecil,  bios adalah hidup,  logos  adalah ilmu, scopium berarti penglihatan). Makhluk-makhluk kecil tersebut disebut dengan mikroorganisme. Antonie Van Leeuwenhoek (1632-1723) adalah orang yang pertama kali mengetahui adanya dunia mikroorganisme tersebut (Dwidjoseputro, 1978). Bentuk kehidupan dari dunia mikroba yang pertama kali beliau amati adalah bekteri atau kuman. Dari pengamatan tersebut Anthonie Van leeuwenhoek berhasil menemukan suatu bentuk kehidupan yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk kehidupan tersebut kemudian dinamakan  animal cules, yang tidak lain adalah bakteri atau kuman. Leeuwenhoek menggambarkan bentuk kehidupan temuannya, yaitu bulat atau kokus, batang atau basil, dan spiral yang sampai saat ini digunakan sebagai bentuk dasar morfologi bakteri. Dengan mikroskop ciptaannya ia dapat melihat bentuk makhluk-makhluk kecil yang sebelumnya   tidak diduga sama sekali keberadaannya. Mikroskop buatan Leeuwenhoek itu memberikan pembesaran sampai 300 kali. Hasil pengamatan tersebut berasal dari berbagai objek seperti air selokan, air hujan, kotoran gigi, potongan rambut, dan kerokan kuku (Dzen, 2003).  Antara tahun 1674 sampai 1683 ia terus menerus mengadakan hubungan dengan lembaga Royal Society di Inggris. Ia melaporkan hal-hal yang diamatinya dengan mikroskop itu kepada lembaga tersebut. Laporan-laporan itu disertai dengan gambar-gambar mikroorganisme yang beraneka ragam. Di dalam sejarah mikrobiologi, Leeuwenhoek dapat dianggap sebagai penemu mikroskop(Dwidjoseputro, 1978). Sementara itu, Robert Hooke (1665) seorang ilmuan asal Inggris, juga melakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop terhadap sel tumbuhan dan jaringan hewan (Gabriel, 1996). Selanjutnya pada tahun 1838-1839, Mathias Schleiden dan Theodor Schwann melakukan penelitian terhadap sel makhluk hidup dan disimpulkan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari sel-sel (Dzen, 2003). Pada abad XIX ahli optika menawarkan mikroskop untuk dijual ke segala penjuru kota-kota Eropa (Gabriel, 1996). Pada tahun 1880 telah dibuat mikroskop kompoun (compound microscope), dan pada tahun 1903 diperkenalkan mikroskop medan gelap  (dark-field microskope),  ultraviolet illumination (1925),  electron microscope yang diperkenalkan pada tahun 1940, dan phase contrast microscope pada tahun 1944 (Gabriel, 1996).
JENIS-JENIS MIKROSKOP
Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan cmikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.   
a. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat  berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapi lampu sebagai pengganti sumber cahaya matahari.
b. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa obyektif. Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga obyek yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa obyektif menggunakan sistem  zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali, sehingga perbesaran total obyek maksimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengatur fokus obyek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran terletak diatas pengatur fokus. 
c. Mikroskop Elektron
Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu kali, elektron digunakan sebagai pengganti cahaya. Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu mikroskop elektron scanning (Scanning Electron Microscopy_SEM) dan mikroskop elektron transmisi (Transmision Electron Microscopy_TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau struktur renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi. Sedangkan TEM digunakan untuk mengamati struktur detil internal sel. 
IMG_0060.JPG
Gambar TEM (Dokumen pribadi dari UTM)
IMG_0069.JPG
Gambar SEM (Dokumen pribadi dari UTM)

KOMPONEN MIKROSKOP
Komponen Mikroskop
http://2.bp.blogspot.com/-svDUjbH9_SM/UA5IIsy3kgI/AAAAAAAACxQ/bzGd8x4L2oM/s1600/bagian-bagian-mikroskop.jpg
Gambar 1. Komponen Mikroskop
a. Kaki Mikroskop
Kaki berfungsi menopang dan memperkokoh kedudukan mikroskop. Pada kaki melekat lengan dengan semacam engsel, pada mikroskop sederhana (model student).
b. Lengan atau pegangan
Dengan adanya engsel antara kaki dan lengan, maka lengan dapat ditegakkan atau direbahkan. Lengan dipergunakan juga untuk memegang mikroskop pada saat memindah mikroskop.
c. Cermin. 
Cermin mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin cekung, berfungsi untuk memantulkan sinar dan sumber sinar. Cermin datar digunakan bila sumber sinar cukup terang, dan cermin cekung digunakan bila sumber sinar kurang. Cermin dapat lepas dan diganti dengan sumber sinar dari lampu. Pada mikroskop model baru, sudah tidak lagi dipasang cermin, karena sudah ada sumber cahaya yang terpasang pada bagian bawah (kaki).
d. Kondensor
Kondensor tersusun dari lensa gabungan yang berfungsi mengumpulkan sinar. 
e. Diafragma 
Diafragma berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk dengan mengatur bukaan iris. Letak diafragma melekat pada diafragma di bagian bawah. Pada mikroskop sederhana hanya ada diafragma tanpa kondensor.
f. Meja preparat  
Meja preparat merupakan tempat meletakkan objek (preparat) yang akan dilihat. Objek diletakkan di meja dengan dijepit dengan oleh penjepit. Dibagian tengah meja terdapat lengan untuk dilewat sinar. Pada jenis mikroskop tertentu,kedudukan meja tidak dapat dinaik atau diturunkan. Pada beberapa mikroskop, terutama model terbaru, meja preparat dapat dinaik-turunkan.

g. Tabung. 
Di bagian atas tabung melekat lensa okuler, dengan  perbesaran tertentu (15X, 10X, dan 15 X). Dibagian bawah tabung terdapat alat yang disebut revolver. Pada revolver tersebut terdapat lensa objektif. 
h. Lensa obyektif 
Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir. Ciri penting lensa obyektif adalah memperbesar bayangan  obyek dengan perbesaran beraneka macam sesuai dengan model dan pabrik pembuatnya, misalnya 10X, 40X, 3 dan 100X dan mempunyai  nilai apertura (NA).  Nilai apertura adalah ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
i. Lensa Okuler
Lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali.
j. Pengatur Kasar dan Halus
Komponen ini letaknya pada bagian lengan dan berfungsi untuk mengatur kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat. Pada mikroskop dengan tabung lurus/tegak, pengatur kasar dan halus untuk menaikturunkan tabung sekaligus lensa onbjektif. Pada mikroskop dengan tabung miring, pengatur kasar dan halus untuk menaikturunkan meja preparat.

PENGGUNAAN MIKROSKOP
Langkah-langkah mengunakan Mikroskop dengan benar adalah (Wijaya, 2006):
1.  Membawa mikroskop dengan hati-hati dengan cara memegang lengan mikroskop dengan 1 tangan dan tangan lain digunakan untuk menyangga dasar mikroskop. Kemudian rendahkan dan letakkan pada meja yang datar.
2.  Duduklah pada tempat yang nyaman. Bila menggunakan mikroskop cahaya, maka carilah tempat yang cukup sinar. Perhatikan dan posisikan lengan mikroskop berseberangan dengan tubuh dengan cara memutar bagian kepala lensa okuler.
3.  Sebelum menempatkan slide preparat pada meja preparat, gunakan tombol pengatur kasar (makrometer) untuk menurunkan meja preparat sampai posisi paling bawah. Perhatikan arah putaran. Aturlah cermin pada bagian bawah sampai ada cahaya yang memantul, melewati diafragma sehingga terlihat dari lensa okuler. Perhatikan, titik fokus mata setiap orang berbeda-beda, sehingga setiap orang harus mencari sendiri pencahayaan sesuai kondisi mata.
4.  Letakkan slide preparat di atas meja preparat dengan baik. Pastikan slide pada posisi yang telah disediakan (bagian berbentuk siku) dan tahan dengan penjepit.
5.  Pastikan bahwa pembesaran lensa objektif adalah pembesaran paling rendah (biasanya 10 kali). Jika belum, maka putar knob lensa objektif itu untuk mendapatkan pembesaran paling rendah.
6.  Mulailah melakukan pengamatan dengan mengatur fokus amatan, yaitu dengan memutar tombol pengatur kasar (makrometer) sampai mendapat bayangan benda yang jelas sesuai mata. Perhatian, biasakan membuka kedua mata saat mengamati, agar tidak terjadi kerusakan/gangguan pada mata.
7.  Geserlah siku penahan preparat untuk mengamati berbagai sisi preparat. Pastikan bahwa kita mendapatkan bayangan dari bagian preparat yang akan kita amati.
8.  Untuk mendapatkan perbesaran yang lebih, putar kembali knob lensa objektif sampai perbesaran lensa berikutnya (biasanya 40 kali). Untuk mendapatkan perbesaran berikutnya, biasanya arah putar knob adalah berlawanan arah jarum jam.
9.  Lakukan kembali pengamatan seperti pada tahap 7. Tetapi perhatikan, panjang tabung lensa objektif lebih panjang dari sebelumnya dan hampir berimpit dengan preparat. Agar saat mencari fokus bayangan lensa tidak menekan preparat, maka gunakan tombol pemutar halus (mikrometer). Jika lensa menekan preparat, maka slide bisa pecah.
10.  Jika telah mendapat bayangan gambar yang paling jelas, gambarlah bayangan tersebut.
11.  Jika telah selesai dan akan mengakhiri pengamatan, turunkan meja preparat dengan memutar  tombol pengatur kasar sampai posisi paling bawah. Ingat dan perhatikan arah putaran, jangan sampai justru memutar ke arah atas. Setelah itu putar knob lensa objektif sampai lensa perbesaran paling rendah, lalu ambil slide preparat.
12.  Simpan kembali mikroskop pada tempatnya.

PEMBENTUKAN BAYANGAN
Mikroskop digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat kecil, yang tidak dapat       dilihat mata biasa. Mikroskop menggunakan dua buah lensa positif (lensa cembung). Lensa yang terletak di dekat mata (lensa bagian atas) disebut lensa okuler. Sedangkan lensa yang terletak dekat dengan objek benda yang diamati (lensa bagian bawah) disebut lensa objektif. Hal yang perlu diingat adalah fokus pada lensa obyektif lebih pendek dari fokus pada lensa okuler (fob < fok). Cara kerja mikroskop secara sederhana adalah lensa obyektif akan membentuk bayangan benda yang bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar. Bayangan benda oleh lensa obyektif akan ditangkap sebagai benda oleh lensa okuler. Bayangan inilah yang tampak oleh mata. Jika digambarkan, perjalanan cahaya pada mikroskop tampak pada Gambar 6.40.
http://www.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/2012/03/img31.jpg
Fungsi mikroskop mirip dengan lup, yakni untuk melihat objek-objek kecil. Akan tetapi, mikroskop dapat digunakan untuk melihat objek yang jauh lebih kecil lagi karena perbesaran yang dihasilkannya lebih berlipat ganda dibandingkan dengan lup. Pada mikroskop, objek yang akan diamati harus diletakkan di depan lensa objektif pada jarak antara fob dan 2fob sehingga bayangannya akan terbentuk pada jarak lebih besar dari 2fob di belakang lensa objektif dengan sifat nyata dan terbalik. Bayangan pada lensa objektif dipandang sebagai objek oleh lensa okuler dan terbentuklah bayangan pada lensa okuler. Agar bayangan pada lensa okuler dapat dilihat atau diamati oleh mata, bayangan ini harus berada di depan lensa okuler dan bersifat maya. Hal ini dapat terjadi jika bayangan pada lensa objektif jatuh pada jarak kurang dari fok dari lensa okuler. Proses terbentuknya bayangan pada mikroskop, seperti yang diperlihatkan padaGambar diatas. Pada Gambar terlihat bahwa bayangan akhir yang dibentuk oleh mikroskop bersifat maya, terbalik, dan diperbesar. Jarak antara lensa objektif dan lensa okuler menentukan panjang pendeknya sebuah mikroskop.
Panjang mikroskop atau jarak antara lensa objektif dan lensa okuler sama dengan jarak bayangan objektif ke lensa objektif ditambah jarak bayangan objektif tadi ke lensa okuler atau secara matematis dituliskan
d = S’ob + Sok
dengan: d = panjang mikroskop,
S‘ob = jarak bayangan lensa objektif ke lensa objektif, dan
Sok = jarak bayangan objektif ke lensa okuler.
Perbesaran total yang dihasilkan mikroskop merupakan perkalian antara perbesaran yang dihasilkan oleh lensa objektif dan perbesaran sudut yang dihasilkan oleh lensa okuler. Secara matematis, perbesaran total yang dihasilkan mikroskop ditulis sebagai berikut.
M = Mob × Mok
dengan: M = perbesaran total yang dihasilkan mikroskop,
Mob = perbesaran yang dihasilkan lensa objektif, dan
Mok = perbesaran sudut yang dihasilkan lensa okuler.
Perbesaran yang dihasilkan oleh lensa objektif memenuhi
Mok = Sn / fok
sedangkan perbesaran sudut yang dihasilkan lensa okuler mirip dengan perbesaran sudut lup, yakni, untuk pengamatan tanpa akomodasi
Mob = S’ob / Sob
dan untuk pengamatan dengan berakomodasi maksimum
Mok = [Sn / fok] + 1
dengan fok = panjang fokus lensa okuler.
Untuk pengamatan dengan mata tidak berakomodasi, bayangan dari lensa obyektif harus jatuh dititik fokus focus okuler. Jadi panjang mikroskop untuk mata tidak berakomodasi adalah:
d = s’ob + fok
Keterangan:
fok = titik fokus lensa okuler

KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
Keselamatan kerja laboratorium merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan. Kecelakaan dapat terjadi bukan hanya karena tidak memperhatikan etika bekerja dan rambu-rambu penting, tetapi juga dapat terjadi ketika ada orang lain yang lalai.  Kecelakaan kerja di laboratorium tentu bukanlah kejadian yang disengaja, tetapi bisa terjadi apabila ada kelalaian dari diri sendiri dan orang lain. Artinya, semua pihak sangat berperan dalam menerapkan budaya keselamatan kerja.
Bekerja di laboratorium dengan nyaman akan mempengaruhi kelancaran aktivitas kerja dan kecelakaan kerja dapat dihindari. Kecelakaan kerja di laboratorium bisa menimbulkan kerugian materi serta adanya korban manusia. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan korban mengalami luka, cacat fisik, gangguan kesehatan, trauma, bahkan dapat mengancam nyawa seseorang. Semua kemungkinan ini dapat dicegah dengan memperhatikan pedoman keselamatan kerja.
Kecelakaan kerja yang terjadi di laboratorium bisa saja terjadi setiap saat. Banyak alasan terjadinya kecelakaan kerja, diantaranya adalah :
1. Faktor manusia
Kelalaian manusia yang kurang memperhatikan aspek keselamatan kerja sehingga dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Kelalaian manusia juga dapat terjadi karena belum memahami panduan keselamatan kerja dengan benar. Perilaku baik akan terbawa setiap saat jika telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan seseorang. Begitu pula budaya keselamatan kerja akan terbangun apabila selalu ada pembiasaan dalam setiap aktivitas di laboratorium.
Kelalaian kecil yang dibiarkan akan membuat seseorang merasakan bahwa tidak lagi tampak ada kelalaian yang telah ditinggalkan. Jika kebiasaan kecil saja mudah diabaikan maka untuk melakukan kebiasaan besar pasti dengan mudah dilupakan. Kebiasaan bekerja sesuai dengan prosedur yang benar akan terbawa jika kebiasaan kecil dalam memperhatikan aspek keselamatan kerja selalu dibiasaan dari hal-hal yang paling sederhana. Mengenakan sepatu tertutup saat bekerja di laboratorium merupakan kebiasaan kecil. Jika sekali dua kali bekerja dengan sepatu terbuka tetap aman, biasanya akan merasa sama saja mengenakan sepatu terbuka atau tertutup sehingga tidak ada kekhawatiran lagi jika tumpahan atau percikan bahan kimia setiap saat bisa terjadi.
2. Bahan kimia
Penanganan bahan kimia yang tidak sesuai menjadi salah satu faktor terjadinya kecelakaan kerja. Penyimpanan bahan kimia harus mempertimbangkan kualifikasi dan sifat bahan.Bahan kimia tidak harus disimpan sesuai dengan urutan abjad. Penyimpanan bahan cair dan padat harus terpisah dan harus disesuaikan dengan sifatnya. Bahan cair yang telah diencerkan dan bahan padat yang telah dibuat dalam larutan harus disimpan dalam wadah yang sesuai dan diberi label. Label bahan kimia minimal menyertakan nama, konsentrasi, dan tanggal pembuatan. Bahan kimia yang tidak mempunyai label harus disingkirkan dan tidak diperbolehkan untuk digunakan, jika perlu ditelusur identitasnya.
Mereaksikan bahan kimia harus sesuai dengan prosedur kerja dengan memperhatikan sifat bahan kimia yang digunakan. Sebelum mereaksikan atau mencampurkan bahan kimia, paling tidak jumlah yang digunakan telah diketahui dengan pasti dan tersedia petunjuk teknik mereaksikan atau pencampurannya. Mengenal sifat bahan kimia menjadi suatu keharusan sebelum berinteraksi dengan bahan kimia.
Pemindahan atau pengambilan bahan kimia dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar.Penanganan tumpahan atau percikan bahan kimia perlu diketahui sebelum bekerja di laboratorium. Tumpahan atau percikan bahan yang mengenai meja atau lantai perlu ditangani secara tepat. Apabila mengenai kulit atau mata harus mengetahui tindakan atau pertolongan pertama yang dapat dilakukan.
3. Alat dan instrumentasi
Penggunaan alat-alat gelas laboratorium yang tidak sesuai dengan fungsi dan cara pemakaian yang benar dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja. Menuangkan larutan asam ke dalam buret tanpa bantuan corong gelas atau dengan menaiki meja kerja dapat menyebabkan resiko percikan bahan kimia di wajah atau tangan. Alat gelas yang telah berkurang fungsi dan kegunaannya, seperti ada bagian yang telah hilang, retak atau pecah sebaiknya tidak lagi digunakan. Instrumentasi yang tidak layak pakai juga tidak digunakan, seperti necara yang telah rusak sehingga menimbulkan kesalahan penimbangan, dapat berakibat kesalahan dalam pembuatan bahan atau campuran reaksi. Sentrifuge yang rusak sebaiknya tidak digunakan.
4. Sarana dan prasarana penunjang
Saluran air bersih di laboratorium harus tersedia dengan baik untuk keperluan kebersihan, penanganan kecelakaan, sebagai pendingin proses distilasi, ekstraksi, atau refluks serta berbagai keperluan lainnya. Saluran listrik yang digunakan selalu diperiksa secara rutin dan harus dilengkapi pengontrol otomatis apabila terjadi hubungan arus pendek.
Idealnya setiap laboratorium mempunyai program pelatihan teknik laboratorium ataukesehatan dan keselamatan kerja kimia. Paling tidak sebelum bekerja di laboratorium, telah dibekali dengan beberapa hal penting yang harus dipahami, diantaranya adalah :
  1. Memahami tata tertib atau aturan mendasar bekerja di laboratorium termasuk kekhususan untuk setiap laboratorium.
  2. Memahami prosedur kerja yang akan dilakukan selama bekerja di laboratorium
  3. Mempersiapkan perlengkapan keselamatan kerja sesuai dengan kebutuhan
  4. Memahami hal-hal yang berkaitan dengan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja di laboratorium
  5. Mempersiapkan kertas kerja yang diperlukan

Keselamatan kerja kaitannya dengan mikroskop mencangkup cara penyimpanan, pemakaian, dan perawatan.
A.    Penyimpanan
Penyimpanan menjadi faktor sangat  penting ketika mikroskop sudah diservice (dibersihkan bagian optik, diperbaiki bagian mekanik yang mengendur). Jika hal tersebut tidak dilakukan keberfungsian mirksokop yang baik tidak akan bertahan lama.
Adapun penyimpanan mikroskop yang disarankan, yaitu sebagai berikut :
1.      Mikroskop harus disimpan ditempat sejuk, kering, bebas debu, bebas dari uap asam-basa.
2.      Lemari alat (mikroskop) lebih disarankan lemari dari bahan kayu,
3.      Pada lemari alat tersebut diberi penerangan untuk menjaga kelembaban;
4.      Bila perlu pada bagian rak lemari paling bawah yang kurang mendapat pencahayaan bisa di beri silica gel, yang bersifat higroskopis sehingga lingkungan mikroskop tidak  lembab

B.     Perawatan
Mikroskop merupakan peralatan biologi yang perlu dirawat dengan baik. Adapun cara yang baik untuk perawatan mikroskop, yaitu dengan memperhatikan hal-hal seperti dibawah ini:
1.      Bagian mikroskop non-optik dapat dibersihkan dengan kain flanel. Untuk membersihkan debu yang terselip dapat dengan kuas kecil atau kuas lensa kamera, serta alat semprot  atau kuas lembut.
2.      Bersihkan  kotoran, berkas jari, minyak dan lain-lain  pada lensa dengan menggunakan kain lensa, tissue atau kain lembut yang dibasahi sedikit alkohol-ether atau isopropil alkohol. Jangan sekali-kali membersihkan lensa dengan saputangan atau kain
3.      Bersihkan badan mikroskop dan lengan dengan kain lembut dengan  sedikit deterjen. 
4.      Sisa minyak imersi pada lensa objektif dapat dibersihkan dengan xilol (xylene). Hati-hati xilol dapat merusak bahan plastik. Lakukan dengan hati-hati karena lensa mudah tergores, yang dapat mengakibatkan pengamatan menjadi kurang jelas.

C.     Pemakaian
Adapun cara membawa dan memakai mikroskop dengan benar, adalah :

1.        Pegang tangkainya dengan tangan kanan dan letakkan tangan kiri untuk menopangnya.
2.        Jangan mengayun, melambungkan, atau menggetarkannya sewaktu meletakkan mikroskop.
3.        Jangan mengangkat mikroskop pada tubuh tabungnya, karena akan ada bagian yang lepas atau jatuh apabila hal ini di lakukan.
4.        Pada saat menaik turunkan lensa objektif, harus dilakukan secara perlahan dengan menggunakan pemutar kasar hingga jarak lensa objektif dan preparat yang diamati kira-kira 5 mm. Pada beberapa mikroskop, yang naik turun bukan lensa objektifnya tetapi meja objek. Pada hal ini jangan sampai lensa objektif menyentuh /  membentur gelas benda. Hal ini dapat menyebabkan lensa objektif tergores.

Kesimpulan
1.      Semakin bertambah majunya teknologi, juga berpengaruh pada perkembangan mikroskop. Beberapa jenis mikroskop yang ada antara lain mikroskop cahaya, elektron dan stereo
2.      Pada mikroskop cahaya yang sering kita pakai terdiri dari berbeagai macam komponen, komponen tersebut dibagi dalam komponen mekanik dan optik. Komponen optik meliputi lensa okuler, lensa objektif dan cermin, sedangkan komponen mekanik meliputi kaki, lengan, kondensor, diafragma, meja preparat, tabung, dan pemutar halus kasar.
3.      Fungsi mikroskop untuk melihat benda-benda yang sangat kecil,  bayangan akhir yang dibentuk oleh mikroskop bersifat maya, terbalik, dan diperbesar. Jarak antara lensa objektif dan lensa okuler menentukan panjang pendeknya sebuah mikroskop.
4.      Keselamatan kerja laboratorium merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan. Keselamatan kerja ini meliputi cara penyimpanan, pemakaian, dan perawatan, dalam hal ini lebih fokus pada mikroskop. Dengan saling memperhatikan pedoman keselamatan kerja, diharapkan dapat meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan


0 comments:

Post a Comment