Mikroskop
merupakan suatu alat bantu yang memungkinkan kita untuk dapat mengamati obyek yang berukuran
sangat kecil. Alat ini membantu
memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk
kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (berasal dari
bahasa Yunani, micros berarti
kecil, bios adalah hidup, logos
adalah ilmu, scopium berarti penglihatan). Makhluk-makhluk kecil tersebut
disebut dengan mikroorganisme. Antonie Van Leeuwenhoek (1632-1723) adalah orang
yang pertama kali mengetahui adanya dunia mikroorganisme tersebut
(Dwidjoseputro, 1978). Bentuk kehidupan dari dunia mikroba yang pertama kali
beliau amati adalah bekteri atau kuman. Dari pengamatan tersebut Anthonie Van
leeuwenhoek berhasil menemukan suatu bentuk kehidupan yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Bentuk kehidupan tersebut kemudian dinamakan animal cules, yang tidak lain adalah bakteri
atau kuman. Leeuwenhoek menggambarkan bentuk kehidupan temuannya, yaitu bulat
atau kokus, batang atau basil, dan spiral yang sampai saat ini digunakan
sebagai bentuk dasar morfologi bakteri. Dengan mikroskop ciptaannya ia dapat
melihat bentuk makhluk-makhluk kecil yang sebelumnya tidak diduga sama sekali keberadaannya.
Mikroskop buatan Leeuwenhoek itu memberikan pembesaran sampai 300 kali. Hasil
pengamatan tersebut berasal dari berbagai objek seperti air selokan, air hujan,
kotoran gigi, potongan rambut, dan kerokan kuku (Dzen, 2003). Antara tahun 1674 sampai 1683 ia terus
menerus mengadakan hubungan dengan lembaga Royal Society di Inggris. Ia
melaporkan hal-hal yang diamatinya dengan mikroskop itu kepada lembaga
tersebut. Laporan-laporan itu disertai dengan gambar-gambar mikroorganisme yang
beraneka ragam. Di dalam sejarah mikrobiologi, Leeuwenhoek dapat dianggap
sebagai penemu mikroskop(Dwidjoseputro, 1978). Sementara itu, Robert Hooke
(1665) seorang ilmuan asal Inggris, juga melakukan pengamatan dengan
menggunakan mikroskop terhadap sel tumbuhan dan jaringan hewan (Gabriel, 1996).
Selanjutnya pada tahun 1838-1839, Mathias Schleiden dan Theodor Schwann
melakukan penelitian terhadap sel makhluk hidup dan disimpulkan bahwa semua
makhluk hidup tersusun dari sel-sel (Dzen, 2003). Pada abad XIX ahli optika
menawarkan mikroskop untuk dijual ke segala penjuru kota-kota Eropa (Gabriel,
1996). Pada tahun 1880 telah dibuat mikroskop kompoun (compound microscope),
dan pada tahun 1903 diperkenalkan mikroskop medan gelap (dark-field microskope), ultraviolet illumination (1925), electron microscope yang diperkenalkan pada
tahun 1940, dan phase contrast microscope pada tahun 1944 (Gabriel, 1996).
JENIS-JENIS
MIKROSKOP
Ada
dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu
mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan cmikroskop tiga dimensi (mikroskop
stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
a. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai
perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh
dengan tujuan agar dapat berdiri dengan
stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif,
lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada
kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa
tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat
tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah
tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem
lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek
dan lensa-lensa mikroskop yang lain. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya
masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar
ataupun cekung yang terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan
cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapi
lampu sebagai pengganti sumber cahaya matahari.
b. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis
mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar.
Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati
dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen utama
mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa
okuler dan lensa obyektif. Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah:
(1) ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda
yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga obyek yang tebal
dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa
obyektif menggunakan sistem zoom dengan
perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali, sehingga perbesaran total obyek maksimal
30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat
lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengatur
fokus obyek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran
terletak diatas pengatur fokus.
c. Mikroskop Elektron
Mikroskop elektron mempunyai
perbesaran sampai 100 ribu kali, elektron digunakan sebagai pengganti cahaya.
Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu mikroskop elektron scanning (Scanning
Electron Microscopy_SEM) dan mikroskop elektron transmisi (Transmision Electron
Microscopy_TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau
struktur renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi. Sedangkan TEM
digunakan untuk mengamati struktur detil internal sel.
Gambar TEM (Dokumen pribadi dari UTM)
Gambar SEM (Dokumen pribadi dari UTM)
KOMPONEN
MIKROSKOP
Komponen
Mikroskop
Gambar
1. Komponen Mikroskop
a. Kaki Mikroskop
Kaki berfungsi menopang dan
memperkokoh kedudukan mikroskop. Pada kaki melekat lengan dengan semacam
engsel, pada mikroskop sederhana (model student).
b. Lengan atau pegangan
Dengan adanya engsel antara kaki
dan lengan, maka lengan dapat ditegakkan atau direbahkan. Lengan dipergunakan
juga untuk memegang mikroskop pada saat memindah mikroskop.
c. Cermin.
Cermin mempunyai dua sisi, sisi
cermin datar dan sisi cermin cekung, berfungsi untuk memantulkan sinar dan
sumber sinar. Cermin datar digunakan bila sumber sinar cukup terang, dan cermin
cekung digunakan bila sumber sinar kurang. Cermin dapat lepas dan diganti
dengan sumber sinar dari lampu. Pada mikroskop model baru, sudah tidak lagi
dipasang cermin, karena sudah ada sumber cahaya yang terpasang pada bagian
bawah (kaki).
d. Kondensor
Kondensor tersusun dari lensa
gabungan yang berfungsi mengumpulkan sinar.
e. Diafragma
Diafragma berfungsi mengatur
banyaknya sinar yang masuk dengan mengatur bukaan iris. Letak diafragma melekat
pada diafragma di bagian bawah. Pada mikroskop sederhana hanya ada diafragma
tanpa kondensor.
f. Meja preparat
Meja preparat merupakan tempat
meletakkan objek (preparat) yang akan dilihat. Objek diletakkan di meja dengan
dijepit dengan oleh penjepit. Dibagian tengah meja terdapat lengan untuk
dilewat sinar. Pada jenis mikroskop tertentu,kedudukan meja tidak dapat dinaik
atau diturunkan. Pada beberapa mikroskop, terutama model terbaru, meja preparat
dapat dinaik-turunkan.
g. Tabung.
Di bagian atas tabung melekat lensa
okuler, dengan perbesaran tertentu (15X,
10X, dan 15 X). Dibagian bawah tabung terdapat alat yang disebut revolver. Pada
revolver tersebut terdapat lensa objektif.
h. Lensa obyektif
Lensa objektif bekerja dalam
pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik
yang akan terlihat pada bayangan akhir. Ciri penting lensa obyektif adalah
memperbesar bayangan obyek dengan
perbesaran beraneka macam sesuai dengan model dan pabrik pembuatnya, misalnya
10X, 40X, 3 dan 100X dan mempunyai nilai
apertura (NA). Nilai apertura adalah
ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah
spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua
benda yang terpisah.
i. Lensa Okuler
Lensa mikroskop yang terdapat di
bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi
untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Perbesaran
bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali.
j. Pengatur Kasar dan Halus
Komponen ini letaknya pada bagian
lengan dan berfungsi untuk mengatur kedudukan lensa objektif terhadap objek
yang akan dilihat. Pada mikroskop dengan tabung lurus/tegak, pengatur kasar dan
halus untuk menaikturunkan tabung sekaligus lensa onbjektif. Pada mikroskop
dengan tabung miring, pengatur kasar dan halus untuk menaikturunkan meja
preparat.
PENGGUNAAN
MIKROSKOP
Langkah-langkah
mengunakan Mikroskop dengan benar adalah (Wijaya, 2006):
1.
Membawa mikroskop dengan hati-hati dengan cara memegang lengan mikroskop
dengan 1 tangan dan tangan lain digunakan untuk menyangga dasar mikroskop.
Kemudian rendahkan dan letakkan pada meja yang datar.
2.
Duduklah pada tempat yang nyaman. Bila menggunakan mikroskop cahaya,
maka carilah tempat yang cukup sinar. Perhatikan dan posisikan lengan mikroskop
berseberangan dengan tubuh dengan cara memutar bagian kepala lensa okuler.
3.
Sebelum menempatkan slide preparat pada meja preparat, gunakan tombol
pengatur kasar (makrometer) untuk menurunkan meja preparat sampai posisi paling
bawah. Perhatikan arah putaran. Aturlah cermin pada bagian bawah sampai ada
cahaya yang memantul, melewati diafragma sehingga terlihat dari lensa okuler.
Perhatikan, titik fokus mata setiap orang berbeda-beda, sehingga setiap orang
harus mencari sendiri pencahayaan sesuai kondisi mata.
4.
Letakkan slide preparat di atas meja preparat dengan baik. Pastikan
slide pada posisi yang telah disediakan (bagian berbentuk siku) dan tahan
dengan penjepit.
5.
Pastikan bahwa pembesaran lensa objektif adalah pembesaran paling rendah
(biasanya 10 kali). Jika belum, maka putar knob lensa objektif itu untuk
mendapatkan pembesaran paling rendah.
6.
Mulailah melakukan pengamatan dengan mengatur fokus amatan, yaitu dengan
memutar tombol pengatur kasar (makrometer) sampai mendapat bayangan benda yang
jelas sesuai mata. Perhatian, biasakan membuka kedua mata saat mengamati, agar
tidak terjadi kerusakan/gangguan pada mata.
7.
Geserlah siku penahan preparat untuk mengamati berbagai sisi preparat.
Pastikan bahwa kita mendapatkan bayangan dari bagian preparat yang akan kita
amati.
8.
Untuk mendapatkan perbesaran yang lebih, putar kembali knob lensa
objektif sampai perbesaran lensa berikutnya (biasanya 40 kali). Untuk
mendapatkan perbesaran berikutnya, biasanya arah putar knob adalah berlawanan
arah jarum jam.
9.
Lakukan kembali pengamatan seperti pada tahap 7. Tetapi perhatikan,
panjang tabung lensa objektif lebih panjang dari sebelumnya dan hampir berimpit
dengan preparat. Agar saat mencari fokus bayangan lensa tidak menekan preparat,
maka gunakan tombol pemutar halus (mikrometer). Jika lensa menekan preparat,
maka slide bisa pecah.
10.
Jika telah mendapat bayangan gambar yang paling jelas, gambarlah
bayangan tersebut.
11.
Jika telah selesai dan akan mengakhiri pengamatan, turunkan meja
preparat dengan memutar tombol pengatur
kasar sampai posisi paling bawah. Ingat dan perhatikan arah putaran, jangan
sampai justru memutar ke arah atas. Setelah itu putar knob lensa objektif
sampai lensa perbesaran paling rendah, lalu ambil slide preparat.
12. Simpan kembali mikroskop pada tempatnya.
PEMBENTUKAN
BAYANGAN
Mikroskop digunakan untuk melihat
benda-benda yang sangat kecil, yang tidak dapat dilihat
mata biasa. Mikroskop menggunakan dua buah lensa positif (lensa cembung). Lensa
yang terletak di dekat mata (lensa bagian atas) disebut lensa okuler.
Sedangkan lensa yang terletak dekat dengan objek benda yang diamati (lensa
bagian bawah) disebut lensa objektif. Hal yang perlu diingat adalah fokus
pada lensa obyektif lebih pendek dari fokus pada lensa okuler
(fob < fok). Cara kerja mikroskop secara sederhana adalah lensa
obyektif akan membentuk bayangan benda yang bersifat nyata, terbalik, dan
diperbesar. Bayangan benda oleh lensa obyektif akan ditangkap sebagai benda
oleh lensa okuler. Bayangan inilah yang tampak oleh mata. Jika digambarkan,
perjalanan cahaya pada mikroskop tampak pada Gambar 6.40.
Fungsi mikroskop mirip dengan lup,
yakni untuk melihat objek-objek kecil. Akan tetapi, mikroskop dapat digunakan
untuk melihat objek yang jauh lebih kecil lagi karena perbesaran yang
dihasilkannya lebih berlipat ganda dibandingkan dengan lup. Pada mikroskop,
objek yang akan diamati harus diletakkan di depan lensa objektif pada jarak
antara fob dan 2fob sehingga bayangannya akan terbentuk pada
jarak lebih besar dari 2fob di belakang lensa objektif dengan sifat nyata
dan terbalik. Bayangan pada lensa objektif dipandang sebagai objek oleh lensa
okuler dan terbentuklah bayangan pada lensa okuler. Agar bayangan pada lensa
okuler dapat dilihat atau diamati oleh mata, bayangan ini harus berada di depan
lensa okuler dan bersifat maya. Hal ini dapat terjadi jika bayangan pada lensa
objektif jatuh pada jarak kurang dari fok dari lensa okuler. Proses
terbentuknya bayangan pada mikroskop, seperti yang diperlihatkan padaGambar
diatas. Pada Gambar terlihat bahwa bayangan akhir yang dibentuk oleh
mikroskop bersifat maya, terbalik, dan diperbesar. Jarak antara lensa objektif
dan lensa okuler menentukan panjang pendeknya sebuah mikroskop.
Panjang mikroskop atau jarak antara
lensa objektif dan lensa okuler sama dengan jarak bayangan objektif ke
lensa objektif ditambah jarak bayangan objektif tadi ke lensa okuler atau
secara matematis dituliskan
d = S’ob + Sok
dengan: d = panjang mikroskop,
S‘ob = jarak bayangan lensa
objektif ke lensa objektif, dan
Sok = jarak bayangan objektif ke
lensa okuler.
Perbesaran total yang dihasilkan
mikroskop merupakan perkalian antara perbesaran yang dihasilkan oleh lensa
objektif dan perbesaran sudut yang dihasilkan oleh lensa okuler. Secara
matematis, perbesaran total yang dihasilkan mikroskop ditulis sebagai berikut.
M = Mob × Mok
dengan: M = perbesaran total
yang dihasilkan mikroskop,
Mob = perbesaran yang dihasilkan
lensa objektif, dan
Mok = perbesaran sudut yang dihasilkan
lensa okuler.
Perbesaran yang dihasilkan oleh lensa
objektif memenuhi
Mok = Sn / fok
sedangkan perbesaran sudut yang
dihasilkan lensa okuler mirip dengan perbesaran sudut lup, yakni, untuk
pengamatan tanpa akomodasi
Mob = S’ob / Sob
dan untuk pengamatan dengan berakomodasi
maksimum
Mok = [Sn / fok] + 1
dengan fok = panjang fokus
lensa okuler.
Untuk pengamatan dengan mata tidak
berakomodasi, bayangan dari lensa obyektif harus jatuh dititik fokus focus
okuler. Jadi panjang mikroskop untuk mata tidak berakomodasi adalah:
d = s’ob + fok
Keterangan:
fok = titik fokus lensa okuler
KESELAMATAN
KERJA LABORATORIUM
Keselamatan kerja laboratorium merupakan salah satu aspek
penting yang harus diperhatikan. Kecelakaan dapat terjadi bukan hanya karena
tidak memperhatikan etika bekerja dan rambu-rambu penting, tetapi juga dapat terjadi ketika ada orang lain yang
lalai. Kecelakaan kerja di
laboratorium tentu bukanlah kejadian yang disengaja, tetapi bisa terjadi
apabila ada kelalaian dari diri sendiri dan orang lain. Artinya, semua pihak
sangat berperan dalam menerapkan budaya keselamatan kerja.
Bekerja di
laboratorium dengan nyaman akan mempengaruhi kelancaran aktivitas kerja dan
kecelakaan kerja dapat dihindari. Kecelakaan kerja di laboratorium bisa
menimbulkan kerugian materi serta adanya korban manusia. Kecelakaan kerja
dapat menyebabkan korban mengalami luka, cacat fisik, gangguan kesehatan,
trauma, bahkan dapat mengancam nyawa seseorang. Semua kemungkinan ini dapat
dicegah dengan memperhatikan pedoman keselamatan kerja.
Kecelakaan
kerja yang terjadi di laboratorium bisa saja terjadi setiap saat. Banyak
alasan terjadinya kecelakaan kerja, diantaranya adalah :
1. Faktor manusia
Kelalaian
manusia yang kurang memperhatikan aspek keselamatan kerja sehingga dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Kelalaian manusia juga dapat
terjadi karena belum memahami panduan keselamatan kerja dengan
benar. Perilaku baik akan terbawa setiap saat jika telah menjadi kebiasaan
dalam kehidupan seseorang. Begitu pula budaya keselamatan kerja akan
terbangun apabila selalu ada pembiasaan dalam setiap aktivitas di
laboratorium.
Kelalaian
kecil yang dibiarkan akan membuat seseorang merasakan bahwa tidak lagi tampak
ada kelalaian yang telah ditinggalkan. Jika kebiasaan kecil saja mudah
diabaikan maka untuk melakukan kebiasaan besar pasti dengan mudah
dilupakan. Kebiasaan bekerja sesuai dengan prosedur yang benar akan
terbawa jika kebiasaan kecil dalam memperhatikan aspek keselamatan kerja selalu
dibiasaan dari hal-hal yang paling sederhana. Mengenakan sepatu tertutup
saat bekerja di laboratorium merupakan kebiasaan kecil. Jika sekali dua
kali bekerja dengan sepatu terbuka tetap aman, biasanya akan merasa sama saja
mengenakan sepatu terbuka atau tertutup sehingga tidak ada kekhawatiran
lagi jika tumpahan atau percikan bahan kimia setiap saat bisa terjadi.
2. Bahan kimia
Penanganan
bahan kimia yang tidak sesuai menjadi salah satu faktor terjadinya kecelakaan
kerja. Penyimpanan bahan kimia harus mempertimbangkan kualifikasi dan
sifat bahan.Bahan kimia tidak harus disimpan sesuai dengan urutan
abjad. Penyimpanan bahan cair dan padat harus terpisah dan harus
disesuaikan dengan sifatnya. Bahan cair yang telah diencerkan dan bahan
padat yang telah dibuat dalam larutan harus disimpan dalam wadah yang sesuai
dan diberi label. Label bahan kimia minimal menyertakan nama, konsentrasi,
dan tanggal pembuatan. Bahan kimia yang tidak mempunyai label harus
disingkirkan dan tidak diperbolehkan untuk digunakan, jika perlu ditelusur
identitasnya.
Mereaksikan
bahan kimia harus sesuai dengan prosedur kerja dengan memperhatikan sifat bahan
kimia yang digunakan. Sebelum mereaksikan atau mencampurkan bahan kimia,
paling tidak jumlah yang digunakan telah diketahui dengan pasti dan tersedia
petunjuk teknik mereaksikan atau pencampurannya. Mengenal sifat bahan kimia
menjadi suatu keharusan sebelum berinteraksi dengan bahan kimia.
Pemindahan
atau pengambilan bahan kimia dilakukan sesuai dengan prosedur yang
benar.Penanganan tumpahan atau percikan bahan kimia perlu diketahui sebelum
bekerja di laboratorium. Tumpahan atau percikan bahan yang mengenai meja
atau lantai perlu ditangani secara tepat. Apabila mengenai kulit atau mata
harus mengetahui tindakan atau pertolongan pertama yang dapat dilakukan.
3. Alat dan instrumentasi
Penggunaan
alat-alat gelas laboratorium yang tidak sesuai dengan fungsi dan cara pemakaian
yang benar dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja. Menuangkan larutan
asam ke dalam buret tanpa bantuan corong gelas atau dengan menaiki meja kerja
dapat menyebabkan resiko percikan bahan kimia di wajah atau tangan. Alat
gelas yang telah berkurang fungsi dan kegunaannya, seperti ada bagian yang
telah hilang, retak atau pecah sebaiknya tidak lagi
digunakan. Instrumentasi yang tidak layak pakai juga tidak digunakan, seperti
necara yang telah rusak sehingga menimbulkan kesalahan penimbangan, dapat
berakibat kesalahan dalam pembuatan bahan atau campuran reaksi. Sentrifuge
yang rusak sebaiknya tidak digunakan.
4. Sarana dan prasarana penunjang
Saluran air
bersih di laboratorium harus tersedia dengan baik untuk keperluan kebersihan,
penanganan kecelakaan, sebagai pendingin proses distilasi, ekstraksi, atau
refluks serta berbagai keperluan lainnya. Saluran listrik yang digunakan
selalu diperiksa secara rutin dan harus dilengkapi pengontrol otomatis apabila
terjadi hubungan arus pendek.
Idealnya setiap laboratorium
mempunyai program pelatihan teknik laboratorium ataukesehatan dan keselamatan
kerja kimia. Paling tidak sebelum bekerja di laboratorium, telah dibekali
dengan beberapa hal penting yang harus dipahami, diantaranya adalah :
- Memahami tata tertib atau
aturan mendasar bekerja di laboratorium termasuk kekhususan untuk setiap
laboratorium.
- Memahami prosedur kerja yang
akan dilakukan selama bekerja di laboratorium
- Mempersiapkan perlengkapan
keselamatan kerja sesuai dengan kebutuhan
- Memahami hal-hal yang berkaitan
dengan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja di laboratorium
- Mempersiapkan kertas kerja yang
diperlukan
Keselamatan
kerja kaitannya dengan mikroskop mencangkup cara penyimpanan, pemakaian, dan
perawatan.
A. Penyimpanan
Penyimpanan
menjadi faktor sangat penting ketika mikroskop sudah diservice
(dibersihkan bagian optik, diperbaiki bagian mekanik yang
mengendur). Jika hal tersebut tidak dilakukan keberfungsian mirksokop yang
baik tidak akan bertahan lama.
Adapun
penyimpanan mikroskop yang disarankan, yaitu sebagai berikut :
1. Mikroskop
harus disimpan ditempat sejuk, kering, bebas debu, bebas dari uap asam-basa.
2. Lemari
alat (mikroskop) lebih disarankan lemari dari bahan kayu,
3. Pada
lemari alat tersebut diberi penerangan untuk menjaga kelembaban;
4. Bila
perlu pada bagian rak lemari paling bawah yang kurang mendapat pencahayaan bisa
di beri silica gel, yang bersifat higroskopis sehingga lingkungan mikroskop
tidak lembab
B. Perawatan
Mikroskop
merupakan peralatan biologi yang perlu dirawat dengan baik. Adapun cara yang
baik untuk perawatan mikroskop, yaitu dengan memperhatikan hal-hal seperti
dibawah ini:
1. Bagian
mikroskop non-optik dapat dibersihkan dengan kain flanel. Untuk membersihkan
debu yang terselip dapat dengan kuas kecil atau kuas lensa kamera, serta alat
semprot atau kuas lembut.
2. Bersihkan kotoran, berkas jari, minyak dan
lain-lain pada lensa dengan menggunakan
kain lensa, tissue atau kain lembut yang dibasahi sedikit alkohol-ether atau
isopropil alkohol. Jangan sekali-kali membersihkan lensa dengan saputangan atau
kain
3. Bersihkan
badan mikroskop dan lengan dengan kain lembut dengan sedikit deterjen.
4. Sisa
minyak imersi pada lensa objektif dapat dibersihkan dengan xilol (xylene).
Hati-hati xilol dapat merusak bahan plastik. Lakukan dengan hati-hati karena
lensa mudah tergores, yang dapat mengakibatkan pengamatan menjadi kurang jelas.
C. Pemakaian
Adapun cara membawa dan memakai mikroskop dengan benar, adalah :
1.
Pegang tangkainya dengan tangan
kanan dan letakkan tangan kiri untuk menopangnya.
2.
Jangan mengayun, melambungkan,
atau menggetarkannya sewaktu meletakkan mikroskop.
3.
Jangan mengangkat mikroskop pada
tubuh tabungnya, karena akan ada bagian yang lepas atau jatuh apabila hal ini
di lakukan.
4.
Pada saat menaik
turunkan lensa objektif, harus dilakukan secara perlahan dengan menggunakan
pemutar kasar hingga jarak lensa objektif dan preparat yang diamati kira-kira 5
mm. Pada beberapa mikroskop, yang naik turun bukan lensa objektifnya tetapi
meja objek. Pada hal ini jangan sampai lensa objektif menyentuh / membentur gelas benda. Hal ini dapat
menyebabkan lensa objektif tergores.
Kesimpulan
1. Semakin
bertambah majunya teknologi, juga berpengaruh pada perkembangan mikroskop. Beberapa
jenis mikroskop yang ada antara lain mikroskop cahaya, elektron dan stereo
2. Pada
mikroskop cahaya yang sering kita pakai terdiri dari berbeagai macam komponen,
komponen tersebut dibagi dalam komponen mekanik dan optik. Komponen optik
meliputi lensa okuler, lensa objektif dan cermin, sedangkan komponen mekanik
meliputi kaki, lengan, kondensor, diafragma, meja preparat, tabung, dan pemutar
halus kasar.
3. Fungsi
mikroskop untuk melihat benda-benda yang sangat kecil, bayangan akhir
yang dibentuk oleh mikroskop bersifat maya, terbalik, dan diperbesar. Jarak
antara lensa objektif dan lensa okuler menentukan panjang pendeknya sebuah
mikroskop.
4. Keselamatan kerja laboratorium merupakan salah satu aspek
penting yang harus diperhatikan. Keselamatan kerja ini meliputi cara
penyimpanan, pemakaian, dan perawatan, dalam hal ini lebih fokus pada
mikroskop. Dengan saling memperhatikan pedoman keselamatan kerja, diharapkan
dapat meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan
0 comments:
Post a Comment