PENGUKURAN
Pengertian Pengukuran
Dahulu orang
sering menggunakan anggota tubuh sebagai satuan pengukuran, misalnya
jari, hasta, kaki, jengkal, dan depa. Namun satuan-satuan tersebut
menyulitkan dalam komunikasi, karena nilainya berbeda-beda untuk
setiap orang. Satuan semacam ini disebut satuan tidak baku. Untuk
kebutuhan komunikasi, apalagi untuk kepentingan ilmiah, pengukuran
harus menggunakan satuan baku, yaitu satuan pengukuran yang nilainya
tetap dan disepakati secara internasional, misalnya meter, liter, dan
kilogram.
Sebelum adanya standar
internasional, hampir setiap negara menetapkan sistem satuannya
sendiri. Sebagai contoh, satuan panjang di negeri kita dikenal hasta
dan jengkal, di Inggris dikenal inci dan kaki (feet), dan di Perancis
adalah meter. Penggunaan bermacam-macam satuan untuk suatu besaran
ini menimbulkan kesukaran. Kesukaran pertama adalah diperlukannya
bermacam-macam alat ukur yang sesuai dengan satuan yang digunakan.
Kesukaran kedua adalah kerumitan konversi dari satu satuan ke satuan
lainnya, misalnya dari jengkal ke kaki. Ini disebabkan tidak adanya
keteraturan yang mengatur konversi satuan-satuan tersebut. Akibat
kesukaran yang ditimbulkan oleh penggunaan sistem satuan yang berbeda
maka muncul gagasan untuk menggunakan hanya satu jenis
satuan saja untuk
besaran-besaran dalam ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Suatu
perjanjian internasional telah menetapkan satuan sistem internasional
(International System of Units) disingkat satuan SI. Satuan SI ini
diambil dari sistem metrik yang telah digunakan di Perancis.
Untuk
mencapai suatu tujuan tertentu di dalam fisika, kita biasanya
melakukan pengamatan yang disertai dengan pengukuran. Pengamatan
suatu gejala secara umum tidaklah lengkap apabila tidak disertai data
kuantitatif yang didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang
ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur apa yang sedang kita
bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita
mengetahui apa yang sedang kita bicarakan itu. Apa yang anda lakukan
sewaktu melakukan pengukuran? Misalnya mengukur panjang meja belajar
anda dengan menggunakan jengkal, dan mendapatkan bahwa panjang meja
adalah 6 jengkal. Jadi, mengukur adalah membandingkan sesuatu yang
diukur dengan sesuatu lain yang sejenis yang ditetapkan sebagai
satuan. Dalam pengukuran di atas anda telah mengambil jengkal sebagai
satuan panjang. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka
disebut besaran. Contoh besaran adalah panjang, massa, dan waktu.
Besaran pada umumnya memiliki satuan. Panjang memiliki satuan meter,
massa memiliki satuan kilogram, dan waktu memiliki satuan sekon.
Hasil
pengukuran selalu mengandung dua hal, yakni: kuantitas atau nilai dan
satuan. Sesuatu yang memiliki kuantitas dan satuan tersebut dinamakan
besaran. Berbagai besaran yang kuantitasnya dapat diukur, baik secara
langsung maupun tak langsung, disebut besaran fisis, misalnya panjang
dan waktu. Tetapi banyak juga besaran-besaran yang dikategorikan
non-fisis, karena kuantitasnya belum dapat diukur, misalnya cinta,
bau, dan rasa.
Besaran
fisis dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan
terlebih dahulu. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang
satuannya ditetapkan berdasarkan satuan-satuan besaran pokok.
Misalnya, luas volume diturunkan dari besaran panjang karena satuan
luas dan volume menyangkut satuan panjang.
Besaran Pokok
dan Besaran Turunan.
Besaran
fisis dibedakan menjadi dua, yakni besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan sendiri
berdasarkan hasil konferensi internasional mengenai berat dan ukuran.
Berdasar Konferensi Umum mengenai Berat dan Ukuran ke-14 tahun 1971,
besaran pokok ada tujuh, yaitu panjang, massa, waktu, kuat arus
listrik, temperatur, jumlah zat, dan intensitas cahaya.
Dalam
mempelajari mekanika besaran pokok yang digunakan ada tiga yakni :
panjang, massa, dan waktu, hasil-hasil pengukuran lainnya disebut
besaran turunan, contohnya besaran yang cukup kita kenal seperti luas
yaitu merupakan perkalian antara besaran panjang dengan besaran
panjang. Besaran turunan lainnya seperti kecepatan diperoleh dari
membagi besaran panjang dengan besaran waktu. Kerapatan atau massa
jenis diperoleh dengan cara membagi besaran massa dengan pangkat tiga
besaran panjang. Sedangkan besaran-besaran lain yang diturunkan dari
besaran pokok, misalnya: volume, massa jenis, kecepatan, gaya, usaha
dan masih banyak lagi disebut besaran turunan.
Besaran-besaran tersebut sering kita
temui dalam kehidupan sehari-hari. dalam mempelajari IPA dikenalkan
besaran pokok untuk mengetahui banyaknya kandungan zat-zat, yaitu
besaran pokok jumlah zat.
Satuan
Pengukuran.
Dalam
kehidupan sehari-hari mungkin anda menemui satuan-satuan berikut:
membeli air dalam galon, minyak dalam liter, dan diameter pipa dalam
inchi. Satuan-satuan di atas merupakan beberapa contoh satuan dalam
sistem Inggris (British). Selain satuan-satuan di atas masih ada
beberapa satuan lagi dalam sistem Inggris, antara lain ons, feet,
yard, slug, dan pound. Setelah abad ke-17, sekelompok ilmuwan
menggunakan sistem ukuran yang mula-mula dikenal dengan nama sistem
Metrik. Pada tahun 1960, sistem Metrik dipergunakan dan diresmikan
sebagai Sistem Internasional (SI). Penamaan ini berasal dari bahasa
Perancis Le Systeme Internationale d’Unites. Sistem Metrik
diusulkan menjadi SI, karena satuan-satuan dalam sistem ini
dihubungkan dengan bilangan pokok 10 sehingga lebih memudahkan
penggunaannya.
Satuan baku
pengukuran adalah suatu satuan yang digunakan sebagai pembanding
hasil pengukuran lainnya. Berdasarkan kesepakatan para ahli, beberapa
satuan baku pengukuran dikumpulkan dalam suatu sistem. Salah satu
sistem pengukuran yang sangat terkenal adalah Sistem Internasional
atau SI yang juga sering disebut sistem metrik.
Tabel 1. Besaran
Pokok Beserta Satuannya
- Besaran
Satuan SimbolPanjang
Massa
Waktu
Suhu
Kuat arus
Intensitas cahaya
Jumlah zatmeter
kilogram
detik/sekon
kelvin
ampere
candela
molemkgsKACdmol
Tabel 2. Beberapa besaran turunan
berserta dimensi dan satuannya
SI juga tetap
mengakui satuan – satuan diluar satuan dasar karena satuan-satuan
itu masih dipergunakan secara luas. SI merupakan sistem yang mudah
dipakai karena sistem itu menyediakan sejumlah awalan yang menyajikan
kuantitas yang lebih besar atau lebih kecil dari kuantitas baku.
Besaran yang lebih besar merupakan kelipatan dari sepuluh, dan
besaran yang lebih kecil merupakan pecahan desimal. Tabel 3, di bawah
ini menunjukkan awalan-awalan dalam sistem Metrik yang dipergunakan
untuk menyatakan nilai-nilai yang lebih besar atau lebih kecil dari
satuan dasar.
Table 3. Nama
dan simbol untuk awalan SI
Awalan
|
Simbol
|
Faktor/Kelipatan
|
Awalan
|
Simbol
|
Faktor/Kelipatan
|
eksa
peta
tera
giga
mega
kilo
hekto
deka
|
E
P
T
G
M
k
h
da
|
1018
1015 1012 , satu triliyun 109 , satu miliar 106 , satu juta 103 , seribu 102 , seratus 101 , sepuluh |
desi
centi
mili
mikro
nano
piko
femto
atto
|
d
c
m
µ
n
p
f
a
|
10-1
, satu per sepuluh 10-2 , satu per seratus 10-3 , satu per seribu 10-6 , satu per sejuta 10-9 , satu per semiliar 10-12 , satu per setriliun 10-15 10-18 |
Panjang
Panjang
menyatakan jarak antara dua titik, misalnya panjang mistar adalah
jarak antara suatu titik di salah satu ujung mistar dengan titik di
ujung mistar yang lain. Satuan panjang dalam SI adalah meter. Pada
awalnya Standar panjang internasional
yang pertama adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran
platina-iridium, yang kita sebut meter standar. Meter standar ini
disimpan di The International Bureau of Weights and Measures, Sevres,
dekat paris. Satu meter didefinisikan sebagai jarak antara dua
goresan pada meter standar (Gambar 1) sehingga jarak dari kutub utara
ke khatulistiwa melalui Paris adalah 10 juta meter (Gambar 2).
Meter standar
sulit untuk dibuat ulang, karena itu dibuatkan turunanturunannya
dengan proses yang sangat teliti, dan disebarkan ke berbagai
laboratorium standar di berbagai negara. Standar sekunder inilah yang
digunakan untuk mengkalibrasi berbagai alat ukur lain. Ada beberapa
kendala dalam penggunaan meter standar ini sebagai standar primer
untuk panjang. Pertama, meter standar mudah rusak (misalnya oleh
kebakaran) dan jika rusak, batang ini sukar dibuat ulang. Kedua,
ketelitian pengukuran tidak lagi memadai untuk ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Sebagai bukti adalah diperlukannya koreksi-koreksi
perhitungan dalam perjalanan misi ruang angkasa.
Untuk
mengatasi kendala tersebut, pada pertemuan ke-11 Konferensi Umum
Mengenai Berat dan Ukuran tahun 1960, ditetapkan suatu standar atomik
untuk panjang. Pilihan jatuh kepada gelombang cahaya yang dipancarkan
oleh gas Krypton-86 (simbol Kr86)
di antara tingkat 2p10
dan 5d5
. Satu meter didefinisikan sama dengan 1650 763, 73 kali panjang
gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh atom-atom gas Krypton-86
(Kr86)
di dalam ruang hampa pada suatu loncatan listrik.
Pada bulan Nopember 1983, definisi standar
meter diubah lagi. Satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya
(dalam vakum) pada selang waktu 1/458 792 299 sekon Perubahan ini
dilakukan berdasarkan nilai kecepatan cahaya yang dianggap selalu
konstan 299 792 458 m/s.
Alat-lat ukur
panjang yang kita kenal adalah suatu benda yang dapat digunakan
sebagai alat ukur seperti meteran, penggaris, jangka sorong,
mikrometer sekrup.Untuk keperluan sehari-hari, telah dibuat alat-alat
pengukur panjang, seperti terlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Mistar
dan jangka sorong, sebagai alat pengukur besaran panjang
Selain meter,
panjang juga dapat dinyatakan dalam satuan-satuan yang lebih besar
atau lebih kecil dari meter dengan cara menambahkan awalan-awalan
seperti tercantum dalam Tabel-1. Berdasar tabel tersebut 1 kilometer
(km) = 1000 meter (m), 1 sentimeter (cm) = 1/100 meter (m) atau 0,01
m dan sebaliknya, diperoleh: 1 m = 1/1.000 km = 0,001 km 1 m = 100 cm
= 1.000 mm. Dalam sistem Inggris, panjang sering dinyatakan dalam
inchi, feet, atau yard. Konversi satuan-satuan tersebut dengan satuan
SI sebagai berikut: 1 meter = 3,281 feet = 39,3 inchi 1 inchi = 2,54
cm.
Jenis-jenis ukuran panjang dapat
dibagi beberapa jenis :
- Untuk mengukur tebal suatu benda yang sangat kecil dan tipis mislnya tebal rambut, tebal kertas, tebal plat, tebal kawat dapat dipakai jangka sorong, micrometer sekrup, dll. Alat-alat tersebut mempunyai ketelitin sampai 0.01 mm.
- Untuk mengukur benda yang agak tebal misalnya tebal meja, panjang meja, panjang keramik serta benda-benda yang panjangnya sampai berpuluh meter digunakan meteran, meteran gulung.
- Untuk ukuran yang jauh dapat dipakai meteran yang ada dalam kendaraan atau pesawat.
- Untuk ukuran yang paling jauh maka dibuat alat ukur dengan satuan cahaya, misalnya untuk mengukur jarak bumi, bulan, matahari.
Pemilihan
satuan pengukuran seharusnya sesuai dengan ukuran benda yang diukur.
Benda kecil dinyatakan dengan ukuran kecil, benda yang lebih besar
juga harus dinyatakan dalam ukuran yang lebih besar, sehingga tidak
menyulitkan dalam komunikasi. Misalnya: tebal kertas umumnya
dinyatakan dalam milimeter, lebar buku dinyatakan dalam sentimeter,
dan jarak antar kota dinyatakan dalam kilometer. Tentu akan
merepotkan bila tebal kertas dinyatakan dalam kilometer atau jarak
antar kota dinyatakan dalam milimeter.
Massa
Standar
internasional untuk massa adalah
sebuah silinder platinairidium yang disebut kilogram standar.
Kilogram standar ini (Gambar 4) disimpan di Lembaga Berat dan Ukuran
Internasional, Sevres, dekat Paris, dan berdasarkan perjanjian
internasional disebut memiliki massa satu kilogram. Jadi, satu
kilogram adalah massa sebuah kilogram standar yang disimpan di
Lembaga Berat dan Ukuran Internasional. Standar sekunder dibuat dan
disebarkan ke Lembaga Berat dan Ukuran di berbagai negara. Massa
berbagai benda lain dapat ditentukan dengan menggunakan neraca
berlengan sama.
Gambar 4.
Kilogram standar
Massa dengan
berat dalam ilmu sain tidak sama. Berat adalah besarnya gaya tarik
bumi terhadap suatu benda. Jadi, berat adalah gaya. Satuan berat sama
dengan satuan gaya yaitu Newton. , Massa tidak dipengaruhi gravitasi,
sedangkan berat dipengaruhi oleh gravitasi. Seorang astronot ketika
berada di bulan beratnya berkurang, karena gravitasi bulan lebih
kecil dibanding gravitasi bumi, tetapi massanya tetap sama dengan di
bumi. Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering dirancukan dengan
berat.
Satuan SI
untuk massa adalah kilogram (kg), satuan SI untuk berat adalah newton
(N). Untuk mengukur berat digunakan neraca pegas atau dynamo meter
yang berskala Newton. Sedangkan alat untuk mengukur massa adalah
timbangan dacin, timbangan tuas, timbangan digital atau neraca
lengan, sebagaimana terlihat pada gambar 2. Neraca lengan dan neraca
pegas termasuk jenis neraca mekanik. Sekarang, sudah banyak digunakan
jenis neraca lain yang lebih teliti, yaitu neraca elektronik.
Gambar 5. a) neraca lengan, b)
neraca pegas
Neraca berlengan menggunakan
prinsip luas utuk membandingkan massa yang tidak diketahui dengan
massa yang telah diketahui yang diletakan pada lengan lainya. Massa
yang diketahui itu biasanya disebut anak timbangan. Massa-massa
tersebut dibandingkan dan gaya grafitasi terlibat dalam proses
tersebut. Asumsinya adalah karena massa yang diketahui dan massa yang
tidak diketahui keduanya berada pada tempat yang sama pada saat
lengan neraca setimbang, sehingga pengaruh grafitasi pada keduanya
sama besar. Oleh sebab itu, ketiga gaya grafitasi yang bekerja pada
benda itu sama maka massa kedua benda itu juga sama.
Selain kilogram (kg), massa
benda juga dinyatakan dalam satuan-satuan lain, misalnya: gram (g),
miligram (mg), dan ons untuk massa-massa yang kecil; ton (t) dan
kuintal (kw) untuk massa yang besar.
1 ton = 10 kw = 1.000 kg
1 kg = 1.000 g = 10 ons
Waktu
Standar
internasional untuk satuan waktu adalah
sekon (disingkat s) atau detik. Mula-mula satu sekon didasarkan pada
rotasi bumi sebagai atau dari rata-rata lama hari matahari. Sekarang
ini, satu sekon didefinisikan berkaitan dengan frekuensi cahaya yang
dipancarkan oleh atom cesium setelah atom tersebut menyerap energi.
Satu sekon didefinisikan sebagai selang waktu yang diperlukan oleh
atom cesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak 9.192.631.770 kali.
Alat ukur waktunya adalah jam atom cesium yang diperkirakan hanya
akan membuat kesalahan kira-kira 1 sekon selama 6 000 tahun (Gambar
4b).
A B
Gambar 6. (a)
Jam air yang digunakan untuk mengukur selang waktu pada abad ke-13
(b) Jam atom cesium modern yang
mudah di bawa-bawa.
Alat ukur
baku untuk mengukur waktu dalam kehidupan sehari-hari adalah stop
watch, jam atau arloji, seperti terlihat di gambar 7.
Gambar 7. Stop
watch dan jam tangan sebagai alat pengukur waktu
Jam atau arloji yang pada
akhir-akhir ini banyak yang bekerja secara elektrik ataupun
elektronik merupakan salah satu instrument laboratorium baku. Sebuah
jam yang sangat akurat bekerja berdasarkan pada getaran
elektromagnetik atom-atom tertentu atau sebuah kuarsa yang sangat
kecil pada jam digital. Pengukuran interval waktu dapat dilakukan
dengan menggunakan jam, misalnya mobil bergerak dari titik a ke titik
b dengan jarak 10 m diperlukan waktu 5 detik, maka interval waktu
yang diperlukan mobil untuk bergerak dari titik a ke titik b adalah 5
detik.
Untuk peristiwa-peristiwa yang
selang terjadinya cukup lama, waktu dinyatakan dalam satuan-satuan
yang lebih besar, yaitu: menit, jam atau hari, konversinya adalah
sebagai berikut:
1 menit = 60 sekon (detik)
1 jam = 60 menit = 3600 sekon
(detik)
1 hari = 24 jam = 1440 menit =
86.400 sekon (detik)
Sedangkan,
untuk kejadian-kejadian yang cepat sekali bisa digunakan satuan
milisekon (ms) dan mikrosekon (s).
Alat lain yang biasa digunakan untuk mengukur waktu adalah stop
watch. Alat tersebut dijalankan dengan menekan tombol, setelah
digunakan jarum dikembalikan ke titik nol. Stop watch sering
digunakan dalam kegiatan olah raga, misalny atletik.
Suhu
Indera manusia dapat merasakan
perubahan (panas atau dingin) yang ada di sekitarnya. Pada
batas-batas tertentu indera tersebut dapat menentukan keadaan panas
atau dinginnya suatu benda, tetapi tidak dapat menyatakan besarnya
suhu atau temperatur dengan tepat.
Percobaan yang memungkinkan kita
dapat mengukur suhu adalah kenyataan bahwa sebagian besar materi
mengembang apabila dipanaskan dan menyusut apabila didinginkan.
Secara umum perubahan ukuran karena perubahan suhu merupakan sifat
semua materi, apakah materi itu berupa zat padat, cair atau gas.
Sifat semacam ini merupakan dasar untuk pembuatan alat ukur suhu pada
umumnya termometer alkohol atau air raksa dalam tabung kaca.
Skala suhu yang disepakati
didasarkan pada titik suhu tertentu yang disebut titik tripel air.
Pada titik tripel itu terjadi kesetimbangan zat padat, zat cair, dan
gas. Suhu sebesar 273,16 K merupakan suhu pada titik tripel itu.
Titik beku air adalah 273,15 K yang tepat sama dengan 0Âş pada skala
suhu Celcius.
Termometer ada beberapa macam
berdasarkan perbedaan skala :
- Termometer skala Celcius
- Termometer skala Fahrenheit
- Termometer skala Kelvin
- Termometer skala Reamur
Jenis termometer berdasarkan
kegunaannya :
- Termometer Deman
- Termometer Maksimum dan Minimum
- Termometer Untuk Industri
- Termometer Optik
Termometer
berisi zat cair, biasanya digunakan air raksa atau alkohol untuk
termometer yang digunakan mengukur suhu rendah, hal ini disebabkan
titik beku alkohol -1140C
dan titik didihnya 780C.
Cara kerja termometer adalah berdasarkan pada pemuaian dan penyusutan
zat cair yang dipanaskan atau didinginkan.
Luas dan Volume
Luas dan volume adalah kuantitas
yang diturunkan dari besaran panjang. Luas adalah jumlah ruang pada
permukaan dua dimensi dan dinyatakan dalam SI dalam bentuk meter
persegi (m²). Volume adalah jumlah ruang dalam daerah tiga dimensi
yang dinyatakan dalam (m³) dalam satuan SI.
Luas dapat diukur dengan
menempatkan sebuah kisi-kisi yang telah ditandai dalam satuan-satuan
bujur sangkar semacam cm² dan memperkirakan jumlah bujur sangkar
satuan yang menutupi luasan. Beberapa bentuk atau bangun yang teratur
yang dapat dihitung luasnya antara lain : segitiga siku-siku, segi
tiga sama sisi, lingkaran, trapesium, bujur sangkar, empat persegi
panjang. Jenis ukuran luas adalah : mm², cm², dm², m², dam²,hm²,
km², are, dalam satuan SI, satuan luas adalah m².
Volume
menyatakan besarnya ruangan yang terisi oleh materi. Benda dengan
volume lebih besar, dapat menampung materi lebih banyak dibanding
benda lain yang volumenya lebih kecil. Volume merupakan besaran
turunan, yang disusun oleh besaran pokok panjang. Volume benda padat
yang bentuknya teratur, misalnya balok, dapat ditentukan dengan
mengukur terlebih dulu panjang, lebar dan tingginya kemudian
mengalikannya. Bila mengukur panjang, lebar dan tinggi balok
menggunakan satuan sentimeter (cm), maka volume balok yang peroleh
adalah dalam satuan sentimeter kubik (cm3).
Sedangkan bila panjang, lebar dan tinggi diukur dalam satuan meter,
maka volume yang kamu peroleh bersatuan meter kubik (m3).
Volume dapat diukur dengan
mengalikan luas alas bangun dengan salah satu sisinya. Benda padat
yang mempunyai bentuk tertentu dan teratur dapat dihitung volumenya
dengan rumus sebagai berikut ;
1. Volume
Bola = 4
x 22 x
r x r x r di mana :
3 7
II. Volume
Tabung = 22 x
r x r x t r = jari-jari
7 p = panjang
t = tinggi
III. Volume Kubus = p x p x p
l = lebar
IV. Volume Balok = p x l x t
Volume benda-benda di atas
didapat dengan mengalihkan tiga besaran panjang, maka satuan volume
dinyatakan dalam m³. 1m³ adalah volume sebuah kubus yang panjang
setiap rusuknya 1m.
Untuk mengukur volume benda
cair dapat dilakukan dengan gelas pengukur atau gelas ukur. Biasanya
skala gelas ukur ditandai dengan ml. volume 1 liter = 1000 ml. Hal
tersebut sama dengan volume 1 liter = 1000 cm³. jadi volume 1 ml = 1
cm³.
Untuk mengukur suatu benda
padat yang bentuknya tidak beraturan dan ukurannya agak besar, kita
dapat mencelupkan benda tersebut kedalam suatu benda bejana yang
berisi penuh air. Bila bejana yang berisi zat cair tersebut dimasukan
batu maka zat cair yang ada dalam bejana tersebut akan terdesak, zat
cair tersebut tumpah. Besarnya volume zat cair yang tumpah adalah
sama dengan volume batu tersebut.
Konversi Satuan
Satuan-satuan
dikalikan dan dibagi persis seperti operasi aljabar biasa. Fakta
ini memudahkan kita mengkonversi dari satu satuan ke nilai ekivalen
dalam satuan lainnya. Ide kunci adalah bahwa kita dapat menyatakan
suatu besaran fisika dalam dua satuan yang berbeda dan membentuk
suatu persamaan. Sebagai contoh, 1 menit = 60 s, tidak kita artikan
bahwa 1 sama dengan angka 60. Tetapi yang kita maksudkan adalah
selang waktu 1 menit sama dengan selang waktu 60 s. Jika pada
persamaan itu kedua ruas kita bagi dengan 60 s, kita peroleh:
disebut
dengan faktor konversi, yang memiliki nilai 1
Karena setiap
besaran dapat dikalikan dengan 1 tanpa mengubah nilainya, kita dapat
mengkonversi 5 menit menjadi nilai ekivalennya dalam sekon dengan
mengalikannya dengan faktor konversi
Jika
mengalikannya dengan faktor konversi
Satuan menit
tidak dapat dihilangkan karena keduanya terdapat pada pembilang. Ini
menyatakan bahwa faktor konversi harus dibalik.
Tips: Anda
harus membuat dahulu persamaan yang menghubungkan 1satuan di ruas
kanan (untuk satuan yang menggunakan awalan kelipatan 10n
seperti pada Tabel 3. untuk mendapatkan faktor konversi yang bernilai
1.
Contoh
Konversi Satuan
Ubahlah
setiap besaran di ruas kiri menjadi nilai ekivalennya dalam satuan di
ruas kanan. 50 mm = … m
1 mm = 10-3
m (diperoleh dari Tabel 3)
Bagi kedua
ruas dengan 10-3
m sehingga diperoleh faktor konversi:
Untuk
mengkonversi 50 mm ke nilai ekivalennya dalam meter, kita gunakan
faktor konversi supaya ke satuan mm terpadat pada pembilang dan
penyebut sehingga diperoleh:
Dimensi Suatu
Besaran
Dimensi merupakan salah satu
bentuk deskripsi suatu besaran, misalnya: panjang memiliki dimensi
[L], massa [M], dan waktu [T]. Dimensi suatu besaran fisis yang lain
dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari besaran-besaran dasar
panjang, massa, dan waktu. Contoh: volume, memiliki
dimensi [L3],
karena volume = panjang x lebar x tinggi = [L]x[L]x[L]= [L3].
Analisis
terhadap dimensi dapat digunakan untuk menguji kebenaran suatu
persamaan yang menunjukkan hubungan berbagai besaran fisis. Misalnya,
manakah hubungan yang benar: x = at ataukah x = at2
? dengan x menyatakan jarak, a besarnya percepatan, dan t waktu.
Diketahui jarak merupakan besaran panjang memiliki dimensi [L].
Percepatan memiliki dimensi [L]/[T2],
sedangkan dimensi waktu adalah [T], sehingga: x = at, ternyata x
memiliki dimensi [L], dan at memiliki dimensi [L]/[T], berarti secara
dimensional persamaan x = at tidak benar! Sedangkan x = at2
ternyata x dan at memiliki dimensi sama, yaitu [L]/[T], berarti
secara dimensional persamaan x = at2
adalah benar!
Hal menarik
yang dapat disimpulkan dari analisis dimensi ini adalah besaran fisis
apapun bila memiliki dimensi sama berarti mendeskripsikan kuantitas
fisis yang sama. Demikian pula sebaliknya, besaran-besaran berbeda
tetapi mendeskripsikan kuantitas fisis yang sama, harus memiliki
dimensi sama. Contohnya, Anda telah mengenal energi potensial, energi
kinetik, dan energi mekanik. Karena ketiganya mendeskripsikan
kuantitas fisis yang sama, yaitu energi, maka dimensi ketiga jenis
energi tersebut juga sama, yaitu [M][L2]/[T2]
atau [M][L2][T-2].
(Buktikan!).
Volume sebuah
balok adalah hasil kali panjang, lebar dan tingginya (Gambar 8).
Panjang, lebar, dan tinggi adalah besaran yang identik, yaitu
ketiganya memiliki dimensi panjang. Oleh karena itu, dimensi volume
adalah panjang3.
Jadi, dimensi suatu besaran menunjukkan
cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok.
Gambar8. Dimensi
sebuah balok
Dimensi
besaran pokok dinyatakan dengan lambang huruf tertentu (ditulis huruf
besar) dan diberi kurung persegi, seperti diperlihatkan pada Tabel 3.
Dengan alasan praktis, sering anda jumpai tanda kurung persegi ini
dihilangkan. Dimensi suatu besaran turunan ditentukan oleh rumus
besaran
turunan tersebut
dinyatakan dalam besaran-besaran pokok.
Tips: Anda
harus menulis dahulu rumus dasar dari besaran turunan yang akan anda
tentukan dimensinya (lihat Tabel 2 kolom ke-2). Kemudian, rumus
tersebut anda uraikan sampai ruas kananya hanya terdiri dari
besaranbesaran pokok.
Contoh
Tentukan dimensi
dari besaran-besaran berikut: a. volume b. massa jenis c. percepatan
d. usaha
(a) Volume adalah
hasil kali panjang, lebar, dan tinggi yang ketiganya memiliki dimensi
panjang yaitu [L]. Oleh karena itu, dimensi volume:
[volume] =
[panjang] . [lebar] . [tinggi]
= [L] . [L] .
[L] = [L]3
(b) Massa
jenis adalah hasil bagi massa dan volume. Masa
memiliki dimensi [M] dan volume memiliki dimensi [L]3. Oleh
karena itu, dimensi massa jenis:
(c)
Percepatan adalah hasil bagi kecepatan (besaran turunan) dengan waktu
(dimensi = [T]), sedang kecepatan adalah hasil bagi perpindahan
(dimensi = [L]) dengan waktu. Karena itu, dimensi kecepatan
ditentukan dahulu baru kemudian dimensi percepatan
(d) Usaha
adalah hasil kali gaya (besaran turunan) dengan perpindahan (dimensi
= [L]), sedang gaya adalah hasil kali massa (dimensi = [M]) dengan
percepatan (besaran turunan). Karena itu kita tentukan dahulu dimensi
percepatan (lihat c), kemudian dimensi gaya dan akhirnya dimensi
usaha. [percepatan] = [L][T]-2
(diperoleh dari hasil (c))
[gaya] = [massa] .
[percepatan]
= [M] .
([L][T]-2)
= [M][L]2
[T]-2
[usaha] = [gaya] .
[perpindahan]
= [M][L][T]-2
. [L] = [M][L]2
[T]-2
Dua besaran atau
lebih hanya dapat anda jumlahkan atau kurangkan jika kedua atau semua
besaran itu memiliki dimensi yang sama. Sebagai contoh anda tidak
dapat menjumlahkan besaran kecepatan dengan besaran percepatan. Jadi,
A + B + C hanya dapat anda jumlah jika ketiganya memiliki dimensi
yang sama.
Tips:
Dimensi ruas kanan persamaan harus sama
dengan ruas kiri, yaitu dimensi perpindahan ([L]). Karena ruas kanan
merupakan penjumlahan dari tiga besaran, maka ketiganya hanya dapat
dijumlahkan jika ketiganya memiliki dimensi yang sama, yaitu dimensi
perpindahan ([L]).
Contoh
Lintasan
sebuah partikel dinyatakan dengan x = A + Bt + Ct2.
Dalam persamaan ini x menunjukkan perpindahan dan t adalah waktu.
Tentukan dimensi dan satuan SI dari A, B,
C.
x = A + Bt + Ct²
Dimensi x = [L] dan
dimensi t = [T] sehingga,
[L] = [A] + [B] [T]
+ [C] [T]² … (*)
Sesuai dengan
prinsip penjumlahan besaran maka dari (*) Anda peroleh:
[A] = [L]
[B] [T] =
[L]
[C] [T]² =
[L]
Jika dimensi
suatu besaran telah ditentukan maka satuan SI dari besaran itu dengan
mudah dapat anda tetapkan dengan memasukkan satuan-satuan SI untuk
setiap dimensi (meter untuk [L] dan sekon untuk [T]).
Karena dimensi A =
[L], maka satuannya adalah m.
Karena
dimensi B = [L] [T]-1,
maka satuannya adalah m s-1.
Karena
dimensi C = [L] [T]-2,
maka satuannya adalah m s-2.
Pengukuran
merupakan kegiatan sederhana, tetapi sangat penting dalam kehidupan
kita. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran
dengan besaran lain sejenis yang dipergunakan sebagai satuannya.
Misalnya, Anda mengukur panjang buku dengan mistar, artinya Anda
membandingkan panjang buku tersebut dengan satuan-satuan panjang yang
ada di mistar, yaitu milimeter atau centimeter, sehingga diperoleh
hasil pengukuran, panjang buku adalah 210 mm atau 21 cm. Fisika
merupakan ilmu yang memahami segala sesuatu tentang gejala alam
melalui pengamatan atau observasi dan memperoleh kebenarannya secara
empiris melalui panca indera. Karena itu, pengukuran merupakan bagian
yang sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep fisika. Ada
dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran, pertama
masalah ketelitian (presisi) dan kedua masalah ketepatan (akurasi).
Presisi
menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran, sedangkan
akurasi menunjukkan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai
yang sebenarnya. Presisi bergantung pada alat yang digunakan untuk
melakukan pengukuran. Umumnya, semakin kecil pembagian skala suatu
alat semakin presisi hasil pengukuran alat tersebut. Mistar umumnya
memiliki skala terkecil 1 mm, sedangkan jangka sorong mencapai 0,1 mm
atau 0,05 mm, maka pengukuran menggunakan jangka sorong akan
memberikan hasil yang lebih presisi dibandingkan menggunakan mistar.
Meskipun memungkinkan untuk mengupayakan kepresisian pengukuran
dengan memilih alat ukur tertentu, tetapi tidak mungkin menghasilkan
pengukuran yang tepat (akurasi) secara mutlak.
Keakurasian
pengukuran harus dicek dengan cara membandingkan terhadap nilai
standar yang ditetapkan. Keakurasian alat ukur juga harus dicek
secara periodik dengan metode the two-point calibration. Pertama,
apakah alat ukur sudah menunjuk nol sebelum digunakan? Kedua, apakah
alat ukur memberikan pembacaan ukuran yang benar ketika digunakan
untuk mengukur sesuatu yang standar?
Sumber-Sumber
Ketidakpastian Dalam Pengukuran
Ada tiga sumber utama yang
menimbulkan ketidakpastian pengukuran, yaitu:
- Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian
sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang
menyertai saat pengukuran. Bila sumber ketidakpastian adalah alat
ukur, maka setiap alat ukur tersebut digunakan akan memproduksi
ketidakpastian yang sama. Yang termasuk ketidakpastian sistematik
antara lain:
- Ketidakpastian Alat
Ketidakpastian
ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukkan angka pada alat tidak
tepat, sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang
sebenarnya. Misalnya, kuat arus listrik yang melewati suatu beban
sebenarnya 1,0 A, tetapi bila diukur menggunakan suatu Ampermeter
tertentu selalu terbaca 1,2 A. Untuk mengatasi ketidakpastian alat,
harus dilakukan kalibrasi setiap alat tersebut dipergunakan.
- Kesalahan Nol
Ketidaktepatan
penunjukkan alat pada skala nol juga melahirkan ketidakpastian
sistematik. Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan.
Pada sebagian besar alat umumnya sudah dilengkapi dengan skrup
pengatur/pengenol. Bila sudah diatur maksimal tetap tidak tepat pada
skala nol, maka untuk mengatasinya harus diperhitungkan selisih
kesalahan tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala.
- Waktu Respon Yang Tidak Tepat
Ketidakpastian
pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran (pengambilan data)
tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur,
sehingga data yang diperoleh bukan data yang sebenarnya. Misalnya,
kita ingin mengukur periode getar suatu beban yang digantungkan pada
pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu yang kita ukur
sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat menekan tombol
stopwatch saat kejadian berlangsung.
- Kondisi Yang Tidak Sesuai
Ketidakpastian
pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh
kejadian yang hendak diukur. Misal, mengukur nilai transistor saat
dilakukan penyolderan, atau mengukur panjang sesuatu pada suhu tinggi
menggunakan mistar logam. Hasil yang diperoleh tentu bukan nilai yang
sebenarnya karena panas mempengaruhi sesuatu yang diukur maupun alat
pengukurnya.
- Ketidakpastian Random
Ketidakpastian
random umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan
secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut
umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hingga
pengaturan atau pengontrolannya di luar kemampuan kita. Misalnya:
- Fluktuasi pada besaran listrik. Tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus menerus secara cepat dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi. Demikian pula saat kita mengukur kuat arus listrik.
- Getaran landasan. Alat yang sangat peka (misalnya seismograf) akan melahirkan ketidakpastian karena gangguan getaran landasannya.
- Radiasi latar belakang. Radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi hasil pengukuran alat pencacah, sehingga melahirkan ketidakpastian random.
- Gerak acak molekul udara. Molekul udara selalu bergerak secara acak (gerak Brown), sehingga berpeluang mengganggu alat ukur yang halus, misalnya mikro-galvanometer dan melahirkan ketidakpastian pengukuran.
- Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian
pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yang bersumber dari
kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran.
Misalnya: metode pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks), salah
dalam membaca skala, dan pengaturan atau pengesetan alat ukur yang
kurang tepat.
Gambar 9.
Ilustrasi kesalahan paralaks
Seiring
kemajuan teknologi, alat ukur dirancang semakin canggih dan kompleks,
sehingga banyak hal yang harus diatur sebelum alat tersebut
digunakan. Bila yang mengoperasikan tidak terampil, semakin banyak
yang harus diatur semakin besar kemungkinan untuk melakukan kesalahan
sehingga memproduksi ketidakpastian yang besar pula.
Kesalahan mutlak suatu
pengukuran adalah kesalahan terbesar yang mungkin timbul dalam
pengukuran. Kesalahan mutlak sama dengan ketelitian alat ukur yang
digunakan. Jika anda menggunakan mistar berskala milimeter, jangka
sorong dan mikrometer sekrup dalam mengukur panjang suatu benda, maka
kesalahan mutlaknya berturut-turut 1 mm, 0,1 mm dan 0,01 mm. Persen
kesalahan ialah hasil bagi kesalahan mutlak dengan hasil pengukuran
dikalikan dengan 100%. Pada tabel 1.4 ditunjukkan persen kesalahan
dalam pengukuran benda yang panjangnya 5 mm ketika anda menggunakan
mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Tabel 4. Persen Kesalahan Mutlak
Melaporkan
Hasil Pengukuran
Pengukuran
tunggal dalam kegiatan eksperimen sebenarnya dihindari karena
menimbulkan ketidakpastian yang sangat besar. Namun, ada alasan
tertentu yang mengharuskan sehingga suatu pengukuran hanya dapat
dilakukan sekali saja. Misalnya, mengukur selang waktu kelahiran bayi
kembar, atau mengukur kecepatan mobil yang lewat.
Bagaimana
menuliskan hasil pengukuran tunggal tersebut? Setiap alat memiliki
skala terkecil yang memberikan kontribusi besar pada kepresisian
pengukuran. Skala terkecil adalah nilai atau hitungan antara dua
gores skala bertetangga. Skala terkecil pada mistar adalah 1 mm.
Umumnya,
secara fisik mata manusia masih mampu membaca ukuran hingga skala
terkecil tetapi mengalami kesulitan pada ukuran yang kurang dari
skala terkecil. Pembacaan ukuran yang kurang dari skala terkecil
merupakan taksiran, dan sangat berpeluang memunculkan ketidakpastian.
Mengacu pada logika berfikir demikian, maka lahirlah pandangan bahwa
penulisan hasil pengukuran hingga setengah dari skala terkecil.
Tetapi ada juga kelompok lain yang berpandangan bahwa membaca hingga
skala terkecil pun sudah merupakan taksiran, karena itu penulisan
hasil pengukuran paling teliti adalah sama dengan skala terkecil.
Berapa
panjang logam yang terlihat pada gambar 10? Skala terkecil mistar
pengukurnya adalah 0,1 cm. Menurut kelompok pertama, panjang logam
dapat dituliskan 8,65 cm. Tetapi menurut kelompok kedua panjang logam
hanya dapat ditulis 8,6 cm atau 8,7 cm.
Gambar 9.
Mengukur dengan mistar
Skala terkecil jangka sorong
Skala
terkecil jangka sorong bergantung pada pembagian skala nonius. Hal
ini dapat dilihat pada rahang geser, seperti pada gambar 11.
Perhatian: sering
dihafal/dianggap skala terkecil jangka sorong = 0,1 mm. Hal ini tidak
benar dan tidak bermanfaat. Bila pada rahang geser terdapat 11
garis/strip, berarti setiap 1 mm skala utama dibagi menjadi 10 skala
nonius. Berarti skala terkecil nonius = 1 mm : 10 = 0,1 mm. Pada
jangka sorong model demikian memang benar bahwa skala terkecilnya 0,1
mm. Tetapi di pasaran sudah banyak diproduksi jangka sorong dengan
jumlah garis/strip pada rahang geser lebih banyak, misalnya dibuat 21
strip. Berarti 1 mm skala utama dibagi 20 skala nonius. Pada jangka
sorong model demikian skala terkecilnya = 1 mm : 20 = 0,05 mm.
Gambar 11
: Skala jangka sorong dengan skala
nonius 0,1 mm.
Hasil pembacaan ditulis sampai sama
dengan skala terkecil.
Cara
mendapatkan hasil pengukuran dengan jangka sorong adalah sebagai
berikut:
- Perhatikan angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka 0 pada nonius. Dalam kasus pada gambar 12, angka tersebut adalah 2,1 cm dan 2,2 cm.
- Perhatikan garis nonius yang tepat berimpit dengan garis pada skala utama. Dalam kasus di sini, garis nonius yang tepat berimpit dengan garis pada skala utama adalah garis kelima.
- Dari (a) dan (b) diperoleh bacaan jangka sorong: 2,1 + 0,05 = 2,15 cm atau 21,5 mm tanpa ada angka yang ditaksir, seperti pada mistar. Karena hasil pengukuran selalu mengandung angka terakhir sebagai angka taksiran, maka pengukuran panjang di atas harus dilaporkan sebagai 21,50 mm.
Gambar 12.
Pengukuran panjang benda dengan jangka sorong
Skala terkecil mikrometer
sekrup
Sebagaimana
pada jangka sorong, skala terkecil mikrometer sekrup juga tidak
bermanfaat untuk dihafalkan, karena bergantung pada pembagian skala
utama oleh skala nonius pada rahang putarnya. Perhatikan gambar 13,
rahang putar mikrometer sekrup membagi 1 mm skala utama menjadi 100
skala nonius (diperoleh dari 2 putaran x 50 skala nonius). Berarti
skala terkecil mikrometer sekrup tersebut = 1 mm : 100 =0,01 mm.
Gambar 13. Skala
mikrometer skrup dengan skala nonius 0,01 mm.
Hasil pembacaan ditulis sampai
dengan setengah skala terkecil.
- Perhatikan garis skala utama yang terdekat
dengan tepi selubung luar. Dalam kasus pada gambar 14, garis skala
utama tersebut adalah 4,5 mm lebih.
- Perhatikan garis mendatar pada selubung
luar yang berimpit dengan garis mendatar pada skala utama. Dalam
kasus di sini, garis mendatar pada selubung luar yang berimpit
dengan garis mendatar pada skala utama adalah garis ke-47 (lihat
gambar14 dengan seksama).
- Dari (a) dan (b) diperoleh bacaan mikrometer sekrup: 4,5 mm +
47 bagian = 4,5 mm + 0,47 mm = 4,97 mm tanpa ada angka yang
ditaksir.
- Karena hasil pengukuran selalu mengandung
angka terakhir sebagai angka taksiran, maka pengukuran panjang di
atas dilaporkan sebagai 4,970 mm.
Gambar 14.
Pengukuran panjang benda dengan mikrometer
sekrup
Notasi Ilmiah
Pengukuran dalam fisika
terbentang mulai dari ukuran partikel yang sangat kecil, seperti
massa elektron, sampai dengan ukuran yang sangat besar, seperti massa
bumi. Penulisan hasil pengukuran benda sangat besar, misalnya massa
bumi kira-kira
6 000 000 000 000 000 000 000
000 kg
atau hasil pengukuran partikel
sangat kecil, misalnya massa sebuah elektron kira-kira:
0,000 000 000 000 000 000 000
000 000 000 911 kg
memerlukan tempat yang lebar dan
sering salah dalam penulisannya. Untuk mengatasi masalah tersebut,
kita dapat menggunakan notasi ilmiah atau notasi baku.
Dalam notasi ilmiah, hasil
pengukuran dinyatakan sebagai:
a, ………x
10n
……………………………………………… (1.1)
di mana:
a adalah bilangan
asli mulai dari 1 sampai dengan 9,
n disebut eksponen
dan merupakan bilangan bulat.
Dalam persamaan
(1.1),
a, …….. disebut
bilangan penting,
10n
disebut orde besar.
(Bilangan
penting akan dibahas lebih lanjut)
Penulisan dengan
Notasi Ilmiah
Dalam
mengubah penulisan hasil pengukuran dari notasi biasa ke notasi
ilmiah, pertama kali yang perlu anda perhatikan adalah apakah
bilangan hasil pengukuran lebih besar atau sama dengan 10 ataukah
lebih kecil daripada 1. Jika bilangan adalah lebih besar atau sama
dengan 10, berilah koma desimal di akhir bilangan tersebut jika
bilangan tersebut belum memiliki koma desimal, kemudian pindahkan
koma desimal tersebut ke kiri sampai tersisa hanya satu angka di kiri
koma desimal. Contohnya untuk massa bumi,
6 000 000 000 000
000 000 000 000 kg
6 000 000 000 000
000 000 000 000, kg koma desimal di akhir bilangan
6, 000 000
000 000 000 000 000 000, kg koma desimal dipindah ke kiri sampai
tersisa hanya satu angka di kiri, yaitu 6
Selanjutnya,
hitung banyak angka yang dilewati ketika anda memindahkan koma
desimal ke kiri. Banyak angka tersebut menyatakan eksponen positif.
6, 000 000
000 000 000 000 000 000, kg = 6 x 1024
kg (melewati 24 angka)
Dalam kasus
ini, bilangan penting = 6 dan orde besar = 1024.
Perhatikan,
angka nol di kanan 6 kita anggap bukan angka penting (aturan angka
penting akan dijelaskan dalam sub bab angka penting.). Jika bilangan
adalah lebih kecil daripada 1, pindahkan koma desimal ke kanan sampai
ketemu satu angka bukan nol di kiri koma desimal. Contohnya untuk
massa elektron.
0,000 000 000 000
000 000 000 000 000 000 911 kg
0,000 000 000 000
000 000 000 000 000 0009,11 kg
koma desimal
dipindah ke kanan sampai ketemu satu angka bukan nol di kiri koma
desimal, yaitu angka 9.
Selanjutnya,
hitung banyaknya angka yang dilewati ketika Anda memindahkan koma
desimal ke kanan. Banyaknya angka tersebut menyatakan eksponen
negatif.
0,000 000 000
000 000 000 000 000 000 000 9,11 kg = 9,11
x 10-31
kg (melewati 31 angka)
Dalam kasus
ini, bilangan penting = 9,11 dan orde besar = 10-31.
Tips:
Untuk bilangan yang lebih besar dari 10
pindahkan koma desimal ke kiri dan eskponennya positif. Sedang untuk
bilangan yang lebih kecil dari 1 pindahkan komadesimal ke kanan dan
eksponenya negatif.
Penulisan
dengan notasi ilmiah memudahkan hitungan aljabar: tambah, kurang,
bagi dan kali. Perlu anda perhatikan bahwa operasi tambah atau kurang
hanya dapat dilakukan jika eksponennya sama. Jika eksponennya tidak
sama maka anda terlebih dahulu harus menyamakan eksponennya.
Tidak seperti
operasi tambah atau kurang, dalam operasi kali atau bagi eksponennya
tidak perlu sama. Dalam operasi kali, eksponen dijumlahkan, sedangkan
dalam operasi bagi, eksponen dikurangkan.
Apakah angka penting itu?
Perhatikan
kembali gambar 9? Panjang logam tersebut pasti melebihi 8,6 cm, dan
jika skala tersebut kita perhatikan lebih cermat, ujung logam berada
kira-kira di tengah-tengah skala 8,6 cm dan 8,7 cm. Kalau kita
mengikuti aturan penulisan hasil pengukuran hingga setengah skala
terkecil,
panjang logam dapat dituliskan
8,65 cm.
Angka
terakhir (angka 5) merupakan angka taksiran, karena terbacanya angka
tersebut hanyalah dari hasil menaksir atau memperkirakan saja.
Berarti hasil pengukuran 8,65 cm terdiri dari dua angka pasti, yaitu
angka 8 dan 6, dan satu angka taksiran yaitu angka 5. Angka-angka
hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran
disebut angka penting. Bila logam di atas diukur dengan jangka sorong
atau mikrometer skrup, jumlah angka penting yang diperoleh makin
banyak atau makin sedikit? Mengapa?.
Seandainya
tepi logam berada tepat pada garis 8,6 cm, hasil pengukuran harus
ditulis 8,60 cm bukan 8,6 cm? Mengapa? Penulisan angka nol pada 8,60
cm menunjukkan bahwa hasil pengukurannya tidak kurang dan tidak lebih
dari 8,6 cm dan angka 6 masih merupakan angka pasti. Bila hanya
ditulis 8,6 cm, maka angka 6 merupakan angka taksiran. Karena
memberikan informasi atau makna tertentu, maka angka nol pada 8,60
termasuk angka penting.
Penulisan
angka nol pada angka penting, ternyata memberikan implikasi yang amat
berharga. Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk
angka penting atau bukan, dapat diikuti beberapa kriteria di bawah
ini:
- Semua angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh: 2,45 memiliki 3 angka
penting.
- Semua angka nol yang tertulis setelah titik desimal termasuk angka penting.
Contoh: 2,50 memiliki 3 angka
penting 16,00 memiliki 4 angka penting.
- Angka nol yang tertulis di antara angka-angka penting (angka-angka bukan nol), juga termasuk angka penting.
Contoh: 207
memiliki 3 angka penting 10,50 memiliki 4 angka penting
- Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi sebagai penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,5
memiliki 1 angka penting 0,0860 memiliki 3 angka penting
Hasil
pengukuran 186.000 meter memiliki berapa angka penting? Sulit untuk
menjawab pertanyaan ini. Angka 6 mungkin angka taksiran dan tiga
angka nol di belakangnya menunjukkan titik desimal. Tetapi dapat pula
semua angka tersebut merupakan hasil pengukuran. Ada dua cara untuk
memecahkan kesulitan ini. Pertama: titik desimal diubah menjadi
satuan, diperoleh 186 km (terdiri 3 angka penting) atau 186,000 km
(terdiri 6 angka penting). Kedua: ditulis dalam bentuk notasi baku,
yaitu 1,86 x 105 m (terdiri 3 angka penting) atau 1,86000 x 105 m
(terdiri 6 angka penting).
Jumlah angka
penting dalam penulisan hasil pengukuran dapat dijadikan indikator
tingkat ketelitian pengukuran yang dilakukan. Semakin banyak angka
penting yang dituliskan, berarti pengukuran yang dilakukan semakin
teliti. Berikut beberapa contoh penulisan hasil pengukuran dengan
memperhatikan angka penting:
a. Satu angka penting : 2; 0,1;
0,003; 0,01 x 10-2
b. Dua angka penting : 1,6; 1,0;
0,010; 0,10 x 102
c. Tiga angka penting : 101;
1,25; 0,0623; 3,02 x 104
d. Empat angka penting : 1,000;
0,1020; 1,001 x 108
- Semua angka bukan nol adalah angka penting.
- Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol
termasuk angka penting.
- Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari
angka-angka yang ditulis di belakang koma desimal termasuk angka
penting.
- Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik
desimal adalah bukan angka penting.
Bilangan-bilangan puluhan,
ratusan, ribuan, dan seterusnya yang memiliki angka-angka nol pada
deretan akhir harus dituliskan dalam notasi ilmiah agar jelas apakah
angka-angka nol tersebut adalah angka penting atau bukan
Aturan pembulatan angka-angka
penting
Sebagaimana
telah didiskusikan pada bagian sebelumnya, perhitungan yang
melibatkan angka penting tidak dapat diperlakukan sama seperti
operasi matematik biasa. Ada beberapa rambu yang harus diperhatikan,
sehingga hasil perhitungannya tidak memiliki ketelitian melebihi
ketelitian hasil pengukuran yang dioperasikan. Mengapa? Karena hal
yang demikian jelas tidak mungkin. Kita ambil kembali contoh
penjumlahan dan perkalian sebelumnya;
24,681 + 2,343 + 3,21 = 30,234
ditulis 30,23
3,22 x 2,1 = 6,762 ditulis 6,8
Mengapa pada
hasil penjumlahan nilai 0,004 dihilangkan, sedangkan pada hasil
perkalian nilai 0,062 dibulatkan menjadi 0,1?
Untuk
membulatkan angka-angka penting, ada beberapa aturan yang harus kita
ikuti:
- angka kurang dari 5, dibulatkan ke bawah (ditiadakan)
Contoh: 12,74 dibulatkan menjadi
12,7
- angka lebih dari 5, dibulatkan ke atas
Contoh: 12,78 dibulatkan menjadi
12,8
- angka 5, dibulatkan ke atas bila angka sebelumnya ganjil dan ditiadakan bila angka sebelumnya genap.
Contoh: 12,75
dibulatkan menjadi 12,8; 12,65 dibulatkan menjadi 12,6
Contoh menentukan banyaknya angka penting
(a) 836,5 g memiliki empat angka penting (Aturan 1)
(b) 75,006 kg memiliki lima angka penting (Aturan 2)
(c) 0,006 m memiliki satu angka penting (Aturan 4)
(d) 0,0060 m memiliki dua angka penting (Aturan 3)
(e) 8900 g ditulis 8,9 x 103 memiliki dua angka penting (Aturan 5)
(f) 8900 g ditulis 8,90 x 103 memiliki tiga angka penting (Aturan 5)
(g) 8900 g ditulis 8,900 x 103 memiliki empat angka penting (Aturan 5).
Setelah mencatat hasil
pengukuran dengan tepat, diperoleh data-data kuantitatif yang
mengandung sejumlah angka-angka penting. Sering kali, angka-angka
tersebut harus dijumlahkan, dikurangkan, dibagi, atau dikalikan.
Ketika kita mengoperasikan angka-angka penting hasil pengukuran,
jangan lupa hasil yang kita dapatkan melalui perhitungan tidak
mungkin memiliki ketelitian melebihi ketelitian hasil pengukuran.
Dalam
perhitungan kita sering memperoleh jawaban yang memiliki lebih banyak
angka daripada yang telah kita tetapkan dalam suatu aturan. Karena
itu sangatlah perlu untuk meniadakan angka-angka tidak penting agar
dapat menyatakan jawaban dengan banyak angka penting yang sesuai.
Ketika angka-angka ditiadakan dari suatu bilangan, nilai dari angka
terakhir yang dipertahankan ditentukan dengan suatu proses yang
disebut sebagai pembulatan bilangan. Ada dua aturan yang akan
digunakan dalam buku ini untuk membulatkan bilangan.
Aturan 1:
Jika angka
pertama setelah angka yang akan anda pertahankan adalah 4 atau lebih
kecil, angka itu dan seluruh angka di sebelah kanannya ditiadakan.
Angka terakhir yang dipertahankan tidak berubah. Sebagai contoh mari
kita bulatkan sampai empat angka: 75,494 = 75,49;
Angka (4) ditiadakan 1,00839 = 1,008
Kedua angka (3 dan 9) ditiadakan
Aturan 2 :
Jika angka
pertama setelah angka yang akan anda pertahankan adalah 5 atau lebih
besar, angka itu dan seluruh angka di sebelah kanannya ditiadakan.
Angka terakhir yang dipertahankan bertambah satu. Sebagai contoh mari
kita bulatkan sampai empat angka:
1,037878 =
1,038 ketiga
angka ( 8, 7 dan 8) ditiadakan, dan angka (7) diubah menjadi (8)
28,027500 =
28,03 ketiga
angka (7, 5, dan nol) ditiadakan, dan angka (2) diubah menjadi (3)
12,897 =
12,90 Angka
(9 dan 7) ditiadakan, dan angka (8 dan 9) diubah menjadi (9 dan 0)
Hasil operasi
matematis yang diperoleh dari pengukuran tidak bisa lebih teliti
daripada hasil pengukuran dengan ketelitian paling kecil. Misalkan
diperoleh hasil-hasil pengukuran panjang: 8,16 m dan 16,3 m. Anda
diminta untuk menyatakan hasil penjumlahan dari kedua pengukuran
tersebut. Telah anda ketahui, hasil pengukuran 8,16 m memiliki
ketelitian 0,1m (sebab angka terakhir, yaitu 6 adalah angka
taksiran), sedang hasil pengukuran 16,3 m memiliki ketelitian 1 meter
(sebab angka terakhir 3 adalah angka taksiran). Sesuai dengan aturan
maka hasil penjumlahan hanya boleh memiliki ketelitian 1 meter, yaitu
hasil pengukuran dengan ketelitian paling kecil. Pertama, jumlahkan
8,16 m dengan 16,3 m untuk memperoleh hasil 24,46 m. Kemudian,
bulatkan hingga hasilnya memiliki ketelitian 1 m. Diperoleh hasil
24,5 m, dimana angka 5 adalah angka taksiran (atau angka yang
diragukan). Jadi, dapatlah kita nyatakan bahwa hasil penjumlahan atau
pengurangan hanya boleh mengandung satu angka taksiran (ingat
bahwa angka taksiran adalah angka
terakhir).
Tips:
Lakukan operasi penjumlahan atau
pengurangan secara biasa, kemudian bulatkan hasilnya hingga memiliki
ketelitian sama dengan ketelitian terkecil dari salah satu bilangan
yang terlibat dalam operasi tersebut.
Perkalian
atau pembagian bilangan-bilangan penting
Suatu metode
berbeda digunakan dalam operasi perkalian atau pembagian
bilangan-bilangan penting. Pertama, lakukan prosedur perkalian atau
pembagian dengan cara biasa. Kemudian, bulatkan hasilnya ingá
memiliki banyak angka penting yang sama dengan salah satu bilangan
yang
terlibat, yang
memiliki angka penting paling sedikit. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan hasil perkalian tersebut.
3, 2 2 m memiliki
tiga angka penting
2, 1 m
memiliki dua angka penting (paling sedikit)
------------ x
3, 2 2
6, 4 4
----------- +
6, 7 6 2 m 2
= 6,8 m2
karena hasil penjumlahan hanya boleh
mengandung satu angka taksiran.
Tampak bahwa
hasil perkalian 6,8 m² memiliki dua angka penting, dan ini sama
dengan banyak angka penting yang dimiliki oleh 2,1 m, yaitu bilangan
yang memiliki angka penting paling sedikit yang terlibat dalam
operasi perkalian.
Tips:
Pertama lakukan prosedur perkalian atau
pembagian dengan cara biasa, kemudian bulatkan hasilnya hingga
memiliki banyak angka penting yang sama dengan salah satu bilangan
yang terlibat dalam operasi, yang memiliki angka penting paling
sedikit.
Bagaimana
jika operasi perkalian atau pembagian dilakukan antara bilangan
penting dengan bilangan eksak? Hasil perkalian atau pembagian antara
bilangan penting dengan bilangan eksak hanya boleh memiliki angka
penting sebanyak angka penting pada bilangan pentingnya.
Aplikasi
memangkatkan atau menarik akar suatu bilangan penting
Bagaimana
memangkatkan atau menarik akar dari suatu bilangan penting? Hasil
memangkatkan atau menarik akar dari suatu bilangan penting hanya
boleh memiliki angka penting sebanyak angka penting dari bilangan
penting yang dipangkatkan atau ditarik akarnya.
Bilangan penting merupakan bilangan hasil pengukuran sedangkan bilangan eksak diperoleh karena kegiatan membilang bukan mengukur, contoh:
- Tinggi Badi 165 cm.
- Skor PSIS – Persebaya 2 – 1
- Penduduk kabupaten Tanah Toraja Juli 1993 adalah 326 693
jiwa.
- Tegangan dan arus listrik di rumah anda adalah 220 V 16 A.
0 comments:
Post a Comment